Saat Serangan Jantung, Jangan Tekan Dada Maupun Minum Obat Ini

Ada beberapa hal yang tidak boleh Anda lakukan saat serangan jantung menyerang Anda. Sebaiknya, telepon bantuan medis dan minum aspirin

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Jun 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2018, 14:00 WIB
20151013-Ilustrasi-Serangan-Jantung
Ilustrasi Serangan jantung (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ketika serangan jantung menyerang Anda saat sendiri, ada beberapa hal yang tidak boleh Anda lakukan.

Namun, sebelumnya, pastikan dulu bahwa itu benar-benar serangan jantung dengan mengidentifikasi gejalanya, seperti nyeri dada yang parah di bagian tengah atau kiri dada yang berlangsung selama 20 menit, nyeri yang menyebar dari lengan, leher, sampai rahang, dan berkeringat.

Menurut Dr Chin Chee Tang, Konsultan Senior Departemen Kardiologi dari National Herat Centre Singapore (NHCS), 90 persen pasien serangan jantung mengalami gejala klasik seperti itu.

Setelah yakin bahwa itu serangan jantung sungguhan, berhentilah melakukan kegiatan apa-apa, segera menghubungi bantuan medis, dan minumlah aspirin.

Dengan meminta bantuan medis, semakin cepat Anda mendapatkan penanganan untuk menyelamatkan otot jantung Anda. Dibantu dengan aspirin, yang dapat meningkatkan peluang Anda untuk bertahan hidup saat serangan jantung.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jangan Lakukan Ini Saat Serangan Jantung

20151013-Ilustrasi-Serangan-Jantung
Ilustrasi Serangan jantung (iStockphoto)

Nah, Chin, mengatakan, yang tidak boleh diminum saat serangan jantung terjadi adalah obat nitrogliserin. Menurutnya, obat yang akan memperlebar pembuluh darah untuk meningkatkan suplai darah darah ke jantung tidak membantu sama sekali.

"Nitrogliserin belum terbukti mencegah serangan jantung atau meningkatkan kelangsungan hidup secara substansial selama serangan terjadi. Ini lebih berguna untuk pasien dengan angina (nyeri dada)," kata Chin.

Kemudian, usahakan untuk tidak batuk, meski hal ini jarang sekali terjadi. "Dalam kasus yang jarang terjadi di mana denyut jantung sangat lambat dari mekanisme refleks abnormal, batuk dapat membantu mengembalikan irama jantung yang normal. Akan tetapi, bukan untuk serangan jantung," katanya menambahkan.

Begitu juga dengan menekan dada, sangat dilarang. Chin, mengatakan, memberi tekanan pada area dada selama serangan jantung tidak akan membantu kecuali jantung seseorang berhenti berdetak (henti jantung).

Ketika ini terjadi, CPR (cardiopulmonary resuscitation) harus diberikan, idealnya oleh seseorang terlatih.

"Bahkan, jika seseorang itu memenuhi syarat memberikan CPR, dia juga harus meminta bantuan dan memberi tahu layanan medis darurat sebelum memberikan bantuan," kata Chin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya