Demi Turunkan Stunting, Masyarakat Gorontalo Berdayakan Bahan Pangan Lokal

Pos Gizi yang ada di Desa Haya-haya, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo termasuk sarana yang difungsikan untuk menurunkan stunting.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Jul 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2018, 17:30 WIB
Stunting
Menkes Nila Moeloek meninjau kegiatan di Pos Gizi Desa Haya-haya, Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, GorontaloF Pos Gizi yang ada di Desa Haya-haya, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo termasuk sarana yang difungsikan untuk menurunkan stunting (kekurangan gizi kronis). Ada berbagai kegiatan di Pos Gizi, salah satunya pendataan dengan pengukuran di posyandu.

Saat ditemui di Pos Gizi, Kepala Desa Haya-haya, Yasin Ingo menyampaikan, pendataan dilakukan oleh kader dan divalidasi oleh petugas kesehatan, terutama data status gizi.

"Calon peserta Pos Gizi diperiksa untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit penyerta, maka terlebih dahulu dilakukan perawatan sampai pulih. Baru diikutsertakan dalam Pos Gizi," jelas Yasin, ditulis Rabu (18/7/2018).

Hasil pendataan disampaikan pada musyawarah masyarakat desa yang dipimpin oleh kepala desa untuk menentukan tempat dan waktu pelaksanaan pos gizi. Kemudian selama 12 hari berturut-turut, peserta pos gizi bayi (6-11 bulan) dan balita (12-59 bulan) beserta ibunya akan dikumpulkan di Pos Gizi.

Seluruh bayi dan balita dipantau penambahan berat badannya untuk mencegah stunting. Setiap dua minggu sekali, kemajuan berat badan dicatat. Pada dinding ruangan Pos Gizi terlihat karton yang berisi catatan kemajuan berat dan tinggi badan bayi dan balita. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

Berdayakan Bahan Pangan Lokal

Menkes Nila Moeloek
Menkes Nila Moeloek mencicipi salah satu menu berbahan lokal di Pos Gizi. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Tak hanya memantau soal berat dan tinggi badan, Pos Gizi juga mengajarkan orangtua memasak makanan bergizi dengan bahan pangan lokal. Para orangtua didampingi kader diajarkan memasak makanan berat menggunakan bahan pangan lokal.

Menu yang diajarkan dalam pos gizi tersebut disusun petugas gizi Puskesmas. Adapun jumlah kalori yang tekandung antara 300-500 kkal dengan protein 5-12 gram.

"Adanya pos gizi dibangun berkat partisipasi masyarakat. Kami mengajarkan memasak makanan lokal. Ya, makanan lokal diberdayakan," Yasin menambahkan.

Makanan lokal yang diberdayakan membuktikan, kandungan zat gizi dan vitamin tidak harus berasal dari makanan mahal.

"Kami ingin mengubah mindset (pandangan) masyarakat terkait makanan. Bahwa makanan berbahan lokal kaya zat gizi," ujar Yasin.

Libatkan Masyarakat

Menkes Nila Moeloek
Menkes Nila Moeloek ketika berkunjung ke Pos Gizi di Desa Haya-haya, Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Pelaksanaan Pos Gizi yang kental dengan melibatkan masyarakat sangat diapresiasi Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek. Dalam kunjungan ke Pos Gizi, Menkes Nila mengungkapkan betapa pentingnya upaya pencegahan stunting yang dilakukan Pos Gizi.

"Perlu disadari juga soal stunting agar anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi sehat, tinggi, dan cerdas," ucap Menkes Nila.

Stunting adalah kekurangan gizi kronis, lanjut Menkes Nila, masa untuk memperbaiki kekurangan gizi anak sampai usia 2 tahun. Pada anak usia 5 tahun, stunting bisa saja dipulihkan, tapi lebih sulit.

"(Persentase) hanya sedikit (15%). Jadi, jangan nunggu anak telanjur stunting. Terlambat itu," imbuh Menkes Nila.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya