Liputan6.com, Jakarta Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil yang positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada dalam kandungan.
Baca Juga
Advertisement
Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak terdeteksi, maka bayi yang akan lahir berisiko tinggi terkena penyakit menular tersebut. Virus hepatitis B yang menyerang hati menyebabkan kerusakan hati kronis. Bila tak segera ditangani, sirosis hati bisa berujung kanker hati.
Untuk menghindari itu, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan cek darah. Jika ditemukan virus hepatitis B pada ibu, ada penanganan yang dilakukan untuk ibu hamil dan bayi.
Dalam acara "Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis," Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Irsan Hasan menjelaskan hal tersebut. "Di dalam kandungan, jika ibu kena hepatitis B, maka bayi tidak diapa-apain (tidak diintervensi). Bayi baru diintervensi setelah lahir,"Â kata Irsan saat ditemui di Plaza Kuningan, Jakarta, ditulis Jumat (27/7/2018).
Setelah lahir, bayi dari ibu yang positif hepatitis B akan divaksin. Vaksin juga harus segera dilakukan setelah lahir dan tidak boleh menunggu lama, apalagi hingga berhari-hari.
"Ada beberapa ibu, yang memang keberatan kalau anaknya divaksin setelah lahir. Maunya ya seminggu kemudian, tapi kalau begitu virus hepatitis B sudah telanjur masuk ke hati bayi," Irsan melanjutkan.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Minum obat jelang kelahiran
Irsan, yang juga dokter spesialis penyakit dalam gastroenterologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta menambahkan, ada intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang positif hepatitis B.
"Walau ibu sudah divaksin dan dikasih immunoglobulin (antibodi), bayi bisa terkena hepatitis B juga (5 persen). Intervensi pada ibu, yaitu ibunya minum obat selama tiga bulan jelang melahirkan," ujar Irsan.
Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil tersebut merupakan kebijakan baru dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia untuk menangani kasus hepatitis pada ibu hamil, tapi belum jadi kebijakan pemerintah.
"Kita mengharapkan, kalau vaksin dan immunoglobulin sudah bagus, maka ke depannya, ini (pemberian obat pada ibu hamil selama tiga bulan jelang melahirkan) yang harus dikerjakan," Irsan melanjutkan.
Advertisement