Liputan6.com, Jakarta Lama tidak terdengar, kasus tawuran antar pelajar yang menelan korban kembali ditemukan. Hal tersebut diungkapkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada Rabu (12/9/2018).
Adapun kasus terbaru, menelan korban AH (16) yang meninggal akibat tawuran di Jakarta Selatan. Polisi menyatakan, AH tewas setelah diserang dengan celurit dan air keras.
Baca Juga
Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti mengatakan, hal tersebut bermula dari saling ejek di media sosial. Alumni salah satu sekolah juga punya peran dalam pertikaian tersebut.
Advertisement
KPAI mencatat, terhitung sejak 23 Agustus 2018 hingga Sabtu, 8 September 2018, sedikitnya telah terjadi empat kali tawuran di wilayah berbeda.
Empat kasus tersebut berada di Permata Hijau, Kolong Tol JORR W2, Jalan Cileduk Raya wilayah Kreo dan Jalan Cileduk Raya wilayah Tangerang.
Retno mengatakan, pola tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini kerap dipicu oleh masalah sepele seperti saling ejek dan perundungan di media sosial.
"Mereka pun kerap janjian tawuran melalui media sosial, seperti menentukan tempat dan waktu tawuran, lengkap dengan jam yang disepakati," ujar Retno dalam konferensi pers di kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat.
Selain itu, untuk menghindari pihak kepolisian, tawuran dilakukan di jam-jam luar sekolah yaitu saat dini hari, ketika jalanan masih sepi.
"Biasanya, para remaja ini tergabung dalam geng yang melibatkan tidak hanya teman satu sekolah tetapi juga teman beda sekolah, " tambah Retno. Apabila beda sekolah, biasanya mereka berasal dari sekolah yang sama di jenjang sebelumnya.
Â
Data KPAI Terkait Tawuran
KPAI sendiri mendata, kasus tawuran pelajar yang tercatat sesungguhnya mengalami penurunan sejak 2014-2017. Pada 2014, total kasus tawuran di bidang pendidikan mencapai 24 persen. Satu tahun kemudian, kasus menurun hingga 17,9 persen, lalu menjadi 12,9 persen di 2016. Sementara tahun lalu, kasus mencapai 12,9 persen.
Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati mengatakan, pola pengasuhan menjadi kunci dalam mencegah kejadian semacam ini terus terjadi.
"Pengasuhan menjadi kunci utama untuk pencegahan (tawuran) yang lebih baik, " ujar Rita.
Menurutnya, pola asuh yang kurang tepat menjadi penyebab tawuran sering terjadi. Rita mengatakan, orangtua sesungguhnya bisa mencegah itu. Sayangnya, banyak komunikasi yang kurang terjalin antara orangtua dan pelajar.
"Anak yang punya kepercayaan diri yang baik hasil pengasuhan yang baik, akan lebih mudah untuk menarik diri dari situasi yang tidak baik itu, " ujar Rita.
Selain itu, kedekatan orangtua dan anak di media sosial juga harus terjalin.
Advertisement