Liputan6.com, Jakarta Menjadikan susu sebagai makanan pelengkap pada anak lebih dianjurkan ketimbang sebagai pengganti makanan utama.
Hanya saja susu bisa membuat anak jadi obesitas, bila porsi makan si Kecil juga normal.
Baca Juga
"Ini yang sering salah," kata Pakar Tumbuh Kembang Anak, Prof Dr dr Rini Sekartini SpA(K).
Advertisement
"Si anak makannya oke, nih. Akan tetapi jumlah susu yang diminum juga enggak berubah," ujar Rini dalam Peluncuran Susu Curcuma Plus belum lama ini.
Â
Minum Susu Satu Liter
Rini sering menemukan kasus, anak sekolah yang doyan makan, doyan juga minum susunya. Anak tersebut bahkan bisa menenggak satu liter susu setiap harinnya.
"Akhirnya, pada saat pengukuran, ukurannya dia bisa sampai paling atas," kata Rini.
Akibat dari kebiasaan itu, ditambah pula kurangnya aktivitas fisik pada anak, obesitas di usia dini sulit dihindari.
Â
Advertisement
Anak Butuh Susu tapi
Susu, kata Rini, memang diperlukan sampai anak usia remaja, bahkan sampai dia tumbuh. Gunanya, untuk menabung kalsium.
"Tapi disesuaikan dengan kebutuhannya," ujarnya.
Rini juga mengingatkan pentingnya melakukan olahraga sejak anak-anak, agar si Kecil tidak mengalami obesitas.
"Mengatur makanan yang masuk dan aktivitas fisik adalah dua hal yang harus dilakukan sejak anak usia dini," kata Rini.
Â
Memberikan Susu yang Tepat
Menurut wanita yang juga Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta, kebutuhan susu anak pada usia balita kira-kira 500 sampai 600 cc per hari. Selebihnya, anak harus makan.
"Jadi, susu tidak dapat menggantikan makanan yang harus dikonsumsi anak," kata Rini.
Advertisement