Liputan6.com, Jakarta Lama tidak muncul di televisi, Ustaz Arifin Ilham membawa kabar mengejutkan. Ia mengaku belum lama ini menderita kanker getah bening stadium 4A.
Sebagaimana dilansir program infotainment Kiss Pagi baru-baru ini, pernyataan tersebut Ustaz Arifin Ilham sampaikan di hadapan para jamaah saat berdakwah. Untungnya, sekarang dirinya bersyukur karena sudah bersih dari kanker.
Baca Juga
"Terima kasih doa kalian semua, Arifin sudah tidak dikemo (kemoterapi) lagi. Sudah selesai, sekarang ini sedang recovery dari pengobatan. Sudah dinyatakan free cancer,"
katanya.
Advertisement
Hingga berita ini diturunkan, Ustaz Arifin Ilham tidak bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi mengenai sembuhnya dari kanker getah bening. Begitu juga dengan anak laki-lakinya, Muhammad Alvin Faiz. Alvin yang cukup aktif di Instagram ini hanya mengunggah sebuah video yang memperlihatkan sang ayah sedang menunggang kuda.
Â
Saat menghubungi manajernya, Adit, didapat jawaban bahwa Alvin menyatakan kondisi Ustaz Arifin Ilham saat ini sudah sehat.Â
"Kemarin, saat bertemu teman-teman media di sebuah acara, dia cuma bilang bahwa bapaknya sudah sehat," kata Adit saat dihubungi Liputan6.com pada Selasa, 18 Desember 2018.Â
"Dia kemarin sempat cerita soal bapaknya. Ketika periksa ke dokter, memang awalnya diketahui kanker getah bening. Tapi ketika diperiksa ke dokter, tiba-tiba penyakitnya itu hilang. Yang namanya Kuasa Allah SWT 'kan kita enggak tahu. Saat konsultasi sudah sehat, dan kankernya sudah hilang. Dokternya saja kaget," ujarnya lagi.Â
Kanker Getah Bening Bisa Sembuh?
Tim Health Liputan6.com kemudian menanyakan perihal 'sembuh' dari kanker getah bening stadium 4A, seperti yang dialami Ustaz Arifin Ilham, kepada dokter spesialis bedah konsultan onkologi, Denni Joko Purwanto. Denni bukan dokter yang memeriksa kondisi sang pendakwah tersebut.Â
Secara medis, 'sembuh' dari kanker disebut dengan remisi atau terkontrol. Jadi, bisa saja terkontrol tapi tidak lepas dari pengawasan dokter, karena sewaktu-waktu bisa saja kanker itu kambuh lagi.Â
"Atau bisa saja dia metastasis," kata Denni saat dihubungi Health Liputan6.com di hari yang sama.Â
Metastasis adalah menyebarnya kanker dari suatu organ tubuh ke organ tubuh lain seperti otak, tulang, paru-paru, atau hati.Â
Menurut Denni, tidak bisa menggunakan 'katanya' untuk benar-benar menyebut seorang pasien kanker, seperti kanker getah bening, mengalami remisi.Â
Pertama, diagnosis harus tepat. Diagnosis dibuktikan dari hasil patologi, lalu pemeriksaan jaringan.
"Kalau 'katanya...katanya' atau klinis saja, ya enggak bisa. Harus berdasarkan patologi, pemeriksaan lainnya, ada bukti stadiumnya, pemeriksaan scanning atau laboratorium, dan radiologi. Dari itu semua nanti didapat diagnosisnya," katanya menambahkan.Â
Jadi, tidak menutup kemungkinan pasien kanker getah bening yang rajin kemoterapi bisa mengalami hal tersebut.Â
"Kanker getah bening ini tergolong kanker non-solid. Artinya, dia bukan kanker padat," kata Denni menjelaskan.Â
"Yang membedakan dengan kanker lain, harus operasi, kemoterapi, radioterapi, bahkan ada yang terapi hormonal dan targeting terapi. Akan tetapi kalau untuk limfoma atau kanker getah bening, enggak. Cuma kemoterapi dan targeting terapi saja," katanya.
Â
Â
Advertisement
Meski Telah Sembuh, Kanker Getah Bening Bisa Muncul Lagi
Mereka yang pernah menderita kanker getah bening atau limfoma, berisiko kembali menderita penyakit ini di kemudian hari, demikian kata spesialis penyakit dalam dan Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik, Prof. Dr. dr. Arry H. Reksodiputro, SpPD-KHOM.
"70 persen kambuh (relaps). Kenapa relaps? Usia. Semakin bertambah usia, semakin besar kemungkinan relaps. Daya tahan tubuh menurun," ujarnya di Jakarta, seperti dikutip dari AntaraNews, Rabu (17/1/2018).
Kambuhnya kanker getah bening akan terjadi jika mengalami infeksi berulang dan seiring semakin kurusnya tubuh penderita. Selain itu, jika sel kanker sudah menyebar ke berbagai organ tubuh, bisa membuat kondisi penderita semakin buruk.
Kanker yang menyerang getah bening terbagi dua: Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin. Perbedaan keduanya terletak pada patologinya.