5 Cara Menjadi Orangtua yang Lebih Baik

Orangtua perlu banyak belajar agar bisa membantu membesarkan anak menjadi sosok yang baik dan mandiri.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Mar 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2019, 16:00 WIB
nama bayi
ilustrasi menjadi orangtua yang baik /copyright rawpixel

Liputan6.com, Jakarta Menjadi orangtua tidaklah mudah. Perlu banyak belajar agar bisa membantu membesarkan anak menjadi sosok yang baik dan mandiri.

Bagi Anda yang ingin menjadi orangtua yang lebih baik lagi, berikut lim hal dari pakar yang baik untuk perkembangan anak. Selengkapnya seperti dilansir Parents, Sabtu (30/3/2019).

1. Hindari memberi label dan membandingkan

Memberi label serta membandingkan anak dengan anak yang lain tidak baik untuk perkembangannya.

Misalnya, seorang teman memiliki bayi 8 bulan, sementara putri Anda 9 bulan tapi lebih pendiam. Sah-sah saja Anda mengungkapkan kekhawatiran ini ke dokter spesialis anak, tapi jangan samakan tonggak perkembangan anak Anda dengan yang lainnya.

"Penting sekali untuk mempertimbangkan karakter anak bukan hanya usianya. Misalnya anak memang pemalu dan pendiam, jadi ia cenderung lebih sedikit berbicara, bukan karena tidak bisa," kata dokter Harvey Harp.

"Coba perhatikan saat ia bermain sendiri, mungkin dia lebih banyak mengoceh karena tidak malu bertemu dengan orang lain," katanya lagi.

2. Perhatikan gerak dan kalimat Anda, anak adalah peniru ulung

Ibu dan Anak
Ilustrasi/copyright pixabay.com

Anak-anak terutama bayi dan balita, memperhatikan setiap gerakan orangtuanya. Bahkan, gerakan orangtua lebih kuat daripada kata-kata.

"Anda sebenarnya tengah mengajari buah hati Anda setiap menit setiap hari, bahkan ia menangkapnya saat Anda tidak bermaksud mengajarinya," kata pembimbing parenting, Elizabeth Pantley.

Jadi, anak selalu memperhatikan Anda ketika menangani strs, merayakan kesuksesan, menyapa tetangga di jalan.

"Anak Anda sedang mengobservasi orangtuanya dan mencari tahu cara merespons beragam situasi," katanya lagi.

3. Biarkan anak belajar dari kesalahan

Saat bermain Lego atau permainan balok, biarkan ia membuat kesalahan. Misalnya saat balok yang ia buat runtuh karena salah perhitungan. Pada tingkat yang dasar, kesalahan membantu anak memahami sebab dan akibat.

"Selain itu juga melatih anak bahwa kadang-kadang manusia mengalami kekecewaan. Hal ini lebi baik daripada melindunginya terus menerus dari semua peristiwa negatif," kata psikiater anak New York University, Christopher Lucas.

Hal yang sama juga ketika anak belajar memakai baju. Sesudah biasa memakaikannya baju, biarkan dia mencoba memakai baju sendiri. Setelah melewati trial dan error, anak akan belajar.

 

4. Tidak melakukan apapun

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

 

Ada kalanya orangtua mengarahkan anak belajar ini dan itu. Namun, berikan waktu juga agar anak tidak melakukan apapun sehingga ia bosan. Hal ini disampaikan oleh psikolog Michael Gurian. Mengapa begitu?

"Identitas atau keinginan mereka akan muncul ketika dibiarkan sendiri dan bosan. Mungkin mereka akan mengambil pensil lalu menggambar atau keluar rumah untuk bermain bola. Mereka akan mengikuti keinginannya," kata Gurian.

Namun, pastikan apa yang mereka lakukan tetap dalam pengawasan. Biarkan juga ada banyak mainan atau alat di sekitarnya untuk 'menggodanya' bermain.

5. Percaya intuisi Anda

Memang banyak sekali pakar parenting di luar sana, tapi yang paham dengan anak adalah orangtuanya sendiri. "Tidak ada yang memahami anak Anda sebaik orangtunya sendiri," kata Gurian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya