Wajah Cantik karena Keturunan?

Apakah wajah menarik dan cantik ini merupakan faktor keturunan?

oleh Melly Febrida diperbarui 10 Apr 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi kecantikan
Ilustrasi kecantikan. Sumber foto: unsplash.com/Alexandru Zdrobău.

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak perdebatan tentang seseorang yang memiliki wajah menarik atau cantik. Banyak yang mengatakan hal ini merupakan sebuah keuntungan dalam kehidupan sosial. Namun, apakah wajah menarik dan cantik ini merupakan faktor keturunan?

Penelitian menunjukkan orang yang dianggap menarik atau cantik lebih mungkin mendapat pekerjaan yang lebih baik, menghasilkan lebih banyak uang, bahkan lebih dirawat ibu mereka ketimbang yang wajahnya tidak menarik.

Asisten profesor Qiongshi Lu, Ph.D., dari University of Wisconsin-Madison, adalah penulis utama studi baru, yang muncul dalam jurnal PLOS Genetics. Untuk penelitian tersebut, Lu dan rekannya menggunakan data genetik dari 4.383 orang untuk melakukan studi asosiasi genome.

Para peneliti meminta sukarelawan untuk menilai daya tarik orang berdasarkan foto buku tahunan mereka dan membandingkan skor daya tarik dengan susunan genetik masing-masing individu.

 

Peran gen terhadap kecantikan

[Bintang] Katie Holmes - Suri Cruise
Suri sendiri mulai jatuh cinta dengan dunia akting saat ia hadir di lokasi syuting ibunya dalam film The Kennedys: After Camelot. (Loop PNG)

Setelah dianalisis terungkap beberapa gen berkorelasi dengan daya tarik wajah. Namun, peran gen ini bervariasi menurut jenis kelamin.

Pada wanita, variasi genetik yang terkait dengan kecantikan juga terkait dengan gen yang mengatur massa tubuh dan lemak. Pada pria, varian genetik tampan terkait dengan gen yang memengaruhi kadar kolesterol.

"Mirip dengan banyak sifat manusia lainnya, tidak ada 'gen master' yang menentukan daya tarik seseorang," kata Lu seperti dilansir Medical News Today, Rabu (10/4/2019).

 

Keterbatasan penelitian

"Sebaliknya, [daya tarik] kemungkinan besar terkait dengan sejumlah besar komponen genetik dengan efek yang lemah. Yang menarik, spesifisitas jenis kelamin adalah pola berulang yang diamati di hampir semua analisis dalam penelitian kami."

Para penulis mengakui keterbatasan penelitian mereka. Pertama, ukuran sampel "moderat," serta rasial dan etnis homogen. Peserta semua keturunan Eropa dan rata-rata usia sama. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya