Liputan6.com, Jakarta Shakespeare dalam karyanya mengatakan bahwa cinta tidak melihat dengan mata tetapi dengan pikiran. Rasa-rasanya banyak pakar yang sepakat dengan hal ini.
Para peneliti sudah melakukan berbagai penelitian untuk mengetahui apa yang terjadi pada otak saat seseorang jatuh cinta. Rupanya, ketika sedang jatuh cinta, otak akan dipenuhi oleh zat kimia dan hormon yang menghasilkan perasaan senang, obsesi dan keterikatan.
Baca Juga
Seperti melansir dari Live Science, Sabtu (20/4/2019) berikut lima hal yang terjadi di otak saat jatuh cinta.
Advertisement
1. Hormon meningkat
Para ahli membagi cinta ke dalam tiga fase: nafsu, ketertarikan dan keterikatan. Pada fase pertama, hormon yang meningkat akan membuat seseorang memiliki hasrat yang intens. Adrenalin dan norepinefrin akan membuat jantung berdetak lebih cepat serta tangan menjadi berkeringat. Di sisi lain, hormon dopamine akan mempengaruhi otak untuk menciptakan perasaan euforia.Â
2. Jatuh cinta mampu membuat menghilangkan rasa sakitÂ
Ketika seseorang melihat wajah yang dianggap menarik, maka akan ada bagian otak yang aktif. Bagian otak ini bekerja seperti obat penghilang rasa sakit.Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
3. Aliran Darah Lebih Lancar
Â
Jatuh cinta meningkatkan aliran darah ke otak tepatnya bagian nucleus accumbens. Berdasarkan pemeriksaan MRI bagian otak tersebut lebih terang saat seseorang sedang jatuh cinta. Hal ini biasanya terjadi pada fase jatuh cinta kedua.
4. Fokus terhadap pasangan
Jatuh cinta menurunkan tingkat serotonin dalam otak. Penurunan serotonin ini akan menyebabkan seseorang menjadi sangat terpaku pada pasangannya. Perasaan ini juga dapat menyebabkan seseorang tidak mampu melihat keburukan pasanganny dan hanya memikirkan hal-hal baik dalam pasangannya. Hal ini biasanya terjadi pada saat hubungan baru dimulai.
Â
Advertisement
5. Perasaan Terikat
Perasaan tertarik akan berubah menjadi perasaan terikat. Hal ini terjadi saat hormon oksitosin dan vasopressin mempengaruhi otak dan menciptakan perasaan nyaman. Ini juga merupakan fase ketiga.
Penulis: Khairuni CesarioÂ