Liputan6.com, Jakarta Penularan cacar monyet atau monkeypox tidak bakal terjadi apabila masyarakat, baik yang tinggal di Kepulauan Riau maupun luar Pulau Sumatera, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena sebetulnya, penyakit ini ditularkan melalui gigitan monyet, kera, dan tikus, atau makan makanan yang sudah terkontaminasi," kata Kepala Dinas Kepulauan Riau Tjetjep Yudiana.
Baca Juga
"Akan tetapi kalau melihat proses penularan penyakit melalui binatang tadi itu sangat kecil di negara kita, yang justru memungkinkan adalah melalui makanan yang terkontaminasi virus tersebut," katanya saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Selasa, 14 Mei 2019.
Advertisement
Menurut Tjetjep, cacar monyet tidak seganas SARS dan Ebola yang proses penularannya melalui pernapasan.
"Kalau ini (cacar monyet) melalui makanan, karena menularnya dari binatang ke manusia. Tetapi bisa terjadi dari manusia ke manusia. Inilah yang kita khawatirkan, yang kita jaga," Tjetjep menegaskan.
Sehingga keganasan yang sampai menyebabkan kematian sangat kecil. Di Afrika sendiri, lanjut Tjetjep, kematian karena cacar monyet ini hanya 10 persen dan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya.
"Namun, jika tidak dilakukan dengan baik perawatannya, akan meninggalkan bekas. Namanya juga cacar. Akan bopeng-bopeng, dan berbekas di tempat-tempat di seluruh tubuh," katanya.
Simak video menarik berikut ini:
Soal Ketakutan Masyarakat dengan Cacar Monyet
Dia menganggap wajar apabila muncul rasa takut di masyarakat sewaktu pertama kali mendengar soal penyakit ini. Namun, perlu dipahami bahwa di Afrika sana, penyakit ini tergolong endemis.
"Endemis artinya itu selalu ada, tidak pernah hilang sejak terjadi penularan kepada manusia pada 1970. Dan ada di delapan negara Afrika Barat dan Afrika Tengah," Tjetjep menjelaskan.
Tjetjep mengatakan bahwa cacar monyet itu biasa terjadi di sana. Menjadi luar biasa karena menular ke negara lain.
"Contohnya pada 1983 ke Amerika dan sekarang di Singapura. Itu pun warga Nigeria, bukan warga negara Singapura. Jadi, kecil kemungkinan sebetulnya," katanya.
Advertisement
Masa Inkubasi Pasien Cacar Singapura 16 Hari
Yang cukup memusingkan mengenai cacar Singapura ini, kata dia, mengenai masa inkubasi pasien tersebut.
Masa inkubasi adalah masa bibit penyakit masuk hingga menimbulkan gejala pada manusia yang tertular. Itu membutuhkan waktu rata-rata 16 hari.
"Ini terlalu lama memantau orang selama 16 hari, entah kapan dan di mana dia terkenanya," katanya.
"Ini yang menyebabkan mungkin lebih sulit secara epidemologis untuk menentukan masa transmisi penyebaran penyakit ini," Tjetjep menekankan.