Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

6 Mitos Rambut Kemaluan Wanita yang Tidak Perlu Dipercaya

Beberapa percaya rambut kemaluan bisa melindungi dari penyakit menular seksual, namun kenyataannya, bakteri bisa berkembang biak di sana.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jun 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 22:00 WIB
Vagina Alat Kelamin Perempuan
Ilustrasi Foto Vagina (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak mitos seputar kesehatan organ intim perempuan. Salah satunya seputar rambut kemaluan.

Beberapa mitos seputar rambut kemaluan ternyata tidak perlu dipercaya karena menyesatkan. Melansir Women's Health pada Senin (17/6/2019), berikut ini beberapa mitos tersebut.

1. Bulu Kemaluan Melindungi dari Penyakit Menular Seksual

Rambut kemaluan belum tentu melindungi seseorang dari penyakit menular seksual (PMS). Beberapa percaya, hanya karena tidak ada kontak kulit secara langsung, bakteri tidak bisa berkembang biak.

"Rambut kemaluan saja tidak cukup untuk melindungi dari PMS," kata Sejal Shah, ahli dermatologi di New York, Amerika Serikat. Bahkan menurutnya, tempat tersebut bisa menjadi tempat bakteri berkembang.

2. Rambut Kemaluan Bikin Seks Kurang Menyenangkan

Hubungan seks
Ilustrasi hubungan seks (iStockphoto)

Ada yang berpikir bahwa gesekan antara rambut kemaluan membuat hubungan seks terasa lebih lembut. Namun, beberapa tidak menyukainya karena percaya bahwa sensasi saat bercinta lebih terasa tanpa bulu kemaluan.

"Itu tergantung pada preferensi perempuan dan seberapa besar stimulasi atau tekanan yang mereka butuhkan untuk mencapai orgasme, atau apakah rambut mungkin bisa atau belum tentu jadi penghalang," kata Wendy Askew, spesialis obstetri dan ginekologi dari Institute for Women's Health di San Antonio, Amerika Serikat mengatakan.

3. Warna Rambut Kemaluan sama dengan Rambut Kepala

Rambut Rusak dan Kering
Ilustrasi Foto Rambut Rusak dan Kering (iStockphoto)

Askew mengatakan, pada sebagian besar, warna rambut kemaluan cenderung lebih cocok dengan warna alis. Sehingga, warna bulu di organ intim belum tentu sama dengan yang ada di kepala.

4. Rambut yang Lebat Bikin Tidak Bergairah

Ilustrasi seks (iStockphoto)
Ilustrasi seks (iStockphoto)

Secara teknis, hal tersebut tergantung dari pasangan Anda. Beberapa studi malah menyatakan bahwa rambut kemaluan bisa menggairahkan karena penuh dengan feromon.

"Anda akan memiliki lebih banyak bau jika Anda memiliki rambut kemaluan atau jika Anda tidak memeliharanya karena populasi bakteri akan ada di sana," kata Askew. Namun, ada juga beberapa orang yang lebih peka terhadap aromanya dan bergairah akan hal itu.

5. Rambut Kemaluan Tidak Pernah Berhenti Tumbuh

Ilustrasi bulu kemaluan (iStockphoto)
Ilustrasi bulu kemaluan (iStockphoto)

Askew mengatakan, rambut kemaluan pada dasarnya akan tetap berhenti tumbuh di tingkat tertentu, rontok, dan kemudian tumbuh yang baru. Panjangnya pun bervariasi pada setiap orang. Shah mengatakan, umumnya bulu kemaluan akan berhenti di sekitar dua inci atau 5 sentimeter.

"Kita biasanya melihatnya setelah mengalami menopause dan memiliki kekurangan hormon," kata Askew.

Selain itu, kebanyakan wanita tidak akan benar-benar kehilangan rambut. Mereka biasanya akan menjadi lebih jarang, jauh lebih halus, dan jauh lebih padat.

6. Jika Kulit Sensitif, Jangan Cukur Rambut Kemaluan

Vagina Alat Kelamin Perempuan
Ilustrasi Foto Vagina (iStockphoto)

Pada kenyataannya, ini semua tergantung dari pendekatan Anda dalam bercukur.

"Jika Anda mencukur terlalu dekat dengan kulit dan tidak mengunakan krim pencukur dengan emolien (bahan pencegah kekeringan), Anda akan lebih rentan melukai kulit," kata Askew. Bakteri yang ada di wilayah itu bisa masuk ke bawah kulit dan menyebabkan infeksi.

Beberapa krim pencukur bisa membantu Anda untuk hal ini. Selain itu, pertimbangkan juga metode lain seperti waxing atau laser hair removal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya