Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Mencukur Rambut Kemaluan Tidak Berisiko Kena Penyakit Menular Seksual?

Mencukur rambut kemaluan kemungkinan tidak akan berisiko kena penyakit menular seksual.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Sep 2019, 23:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 23:00 WIB
Ilustrasi bulu kemaluan (iStockphoto)
Mencukur rambut kemaluan tidak akan berisiko kena penyakit menular seksual. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kabar baik bagi penggemar waxing, mencukur rambut kemaluan sampai gundul mungkin tidak meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual (PMS). Temuan tersebut dari sebuah studi terbaru.

Padahal, studi sebelumnya menemukan, hubungan antara mencukur rambut kemaluan dan peningkatan risiko PMS. Namun, penelitian-penelitian rambut sebelumnya lebih mengandalkan laporan diagnosis penyakit menular seksual daripada diagnosis dengan tes laboratorium.

Penelitian terbaru diterbitkan pada 4 September 2019 dalam jurnal PLOS ONE.

Melansir Live Science, Jumat (6/9/209), para peneliti menganalisis, informasi lebih dari 200 wanita yang menjalani tes penyakit menular seksual untuk penyakit klamidia dan gonore. Dua penyakit ini termasuk penyakit menular seksual yang paling umum dialami pasangan di Amerika Serikat.

Peserta diminta menjawab pertanyaan tentang praktik perawatan rambut kemaluan. Ada yang melaporkan mencukur ambut kemaluan setidaknya setiap minggu selama setahun terakhir atau lebih dari enam kali dalam 30 hari terakhir.

Hampir semua peserta menjawab, mencukur rambut kemaluan sesekali. Sebagian besar peserta menggunakan pisau cukur.

"Lebih dari 50 persen peserta, menggunduli seluruh rambut kemaluan mereka setidaknya setiap minggu. Lalu 18 persen melaporkan menggunduli seluruh rambut kemaluan setidaknya enam kali dalam sebulan terakhir," tulis peneliti.

Sekitar 10 persen wanita yang dites positif mengalami klamidia atau gonore. Namun, peserta yang rajin mencukur rambut kemaluan tidak didiagnosis dengan klamidia atau gonore dibanding mereka yang sama sekali tidak mencukur rambut kemaluan.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Studi Sebelumnya

Vagina Alat Kelamin Perempuan
Studi sebelumnya mengaitkan rambut kemaluan dan PMS. (iStockphoto)

Pada akhir 2016, para peneliti dari University of California, San Francisco melaporkan, hasil penelitian lebih dari 7.500 orang yang mengaitkan mencukur rambut kemaluan dengan penyakit menular seksual.

Studi yang dipublikasikan jurnal Sexually Transmitted Infections menunjukkan, orang yang menggunduli rambut kemaluan, 80 persen lebih berisiko tertular penyakit menular seksual dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mencukur.

Tapi para peneliti mengingatkan, penelitian pada 2016 tersebut tidak dapat membuktikan, mencukur rambut kemaluan secara langsung menjadi penyebab peningkatan risiko infeksi menular seksual.

Penelitian itu pun tidak dapat memperhitungkan, seberapa sering para peserta terlibat dalam aktivitas seksual. Ini karena peserta bisa saja lebih sering melakukan hubungan seksual, yang meningkatkan risiko lebih besar terkena penyakit menular seksual.

Gunakan Kondom

Kondom
Untuk mencegah PMS, gunakan kondom. (iStockphoto)

Studi terbaru kali ini melengkapi penelitian sebelumnya. Pada studi baru memperhitungkan frekuensi seksual.

"Namun, kami masih memiliki keterbatasan. Hanya sejumlah kecil wanita yang terkena PMS selama periode studi. Masih tidak jelas juga, apakah hasilnya berlaku serupa pada pria atau populasi lainnya. Studi di masa depan harus lebih besar dan mencakup populasi yang beragam," lanjut tim peneliti.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, orang dapat mengurangi risiko PMS dengan menggunakan kondom secara konsisten dan benar selama aktivitas seksual.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya