Liputan6.com, Banyuwangi- Mendata ibu hamil agar rutin ke puskesmas menjadi salah satu program kelompok Pemburu Bumil (Ibu Hamil) Risiko Tinggi di Banyuwangi, Jawa Timur. Menariknya, pemburu para bumil berisiko tinggi adalah para pedagang sayur keliling yang sebagian besar emak-emak (ibu-ibu).
Sambil berjualan sayur keliling, mereka mendata setiap ibu hamil yang ditemui. Aksi Pemburu Bumil dimulai sejak pukul 03.00 WIB atau usai membeli stok dagangan di pasar.
Baca Juga
"Saya berpikir, bagaimana cara mendekati ibu hamil agar rutin ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilan. Dan, cara ini (berburu ibu hamil sambil berjualan sayur) ternyata berhasil," ujar Koordinator Pemburu Bumil Risiko Tinggi Khusnul Khotimah saat ditemui di Pasar Sumber Wadung, Kabupaten Banyuwangi, pada Selasa (1/10/2019).
Advertisement
Melalui program ini, anggota Pemburu Bumil akan memberikan informasi sehingga para ibu hamil tergerak untuk memeriksakan kesehatan di puskesmas.
Jika ibu hamil rutin memeriksakan kesehatan ke puskesmas, maka permasalahan saat persalinan bisa diminimalisasi. Risiko kematian ibu dan anak tidak terjadi.
"Kami sebagai perempuan terketuk hatinya untuk mendekati ibu hamil agar tidak ada kendala berarti sampai hari kelahiran. Angka kematian ibu dan anak jadi nol," lanjut Khusnul.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Mekenisme Berburu Ibu Hamil
Bila sudah menemukan ibu hamil yang tidak memeriksakan kesehatan ke puskesmas, Khusnul akan mendatanya. Kemudian melaporkan ke puskesmas setempat.
Lalu, ada bidan yang akan menindaklanjuti ibu hamil tersebut sampai hari persalinan. Pemantauan tersebut juga dibantu relawan Laskar Sakina (Stop Kematian Ibu dan Anak).
"Kami berburu ibu hamil sampai ke pelosok desa. Lalu lapor ke puskesmas. Nanti ada bidan dan relawan (Laskar Sakina) yang periksa menindaklanjuti laporan kami," Khusnul menerangkan.
Dalam aksi berburu ibu hamil, Khusnul dan tim menggunakan sepeda motor. Sepeda motor itu yang dipakai berdagang sayur keliling.
Wilayah yang disasar untuk mendata ibu hamil meliputi Dusun Tuggung, Desa Panjen, dan Desa Jambewangi. Program ini sudah berjalan kira-kira tiga tahun terakhir.Â
Advertisement