Liputan6.com, Bayuwangi - Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) bisa menjadi orang yang berguna jika dia diberi kesempatan untuk berkarya. Sumartin, contoh kecilnya.
Pertama kali berkenalan dengan Sumartin, 58 tahun, seperti berkenalan dengan orang normal kebanyakan. Tak terlihat sedikit pun tanda-tanda bahwa dia bekas 'orang gila'.
Baca Juga
Penyintas gangguan jiwa ini memiliki paras yang ayu, tutur kata dan sikap yang manis, dan dia begitu cekatan saat bikin kue. Segala jenis kue kering dan basah mampu dia buat.Â
Advertisement
"Saya biasa bikin pia, bagiak, dan satu. Kalau hari raya (Lebaran) ya bikin nastar. Sehari saya bisa bikin kue keringnya tiga sampai lima kilogram. Dari dulu saya suka bikin kue," kata ibu dari dua orang anak dan nenek dari tiga orang cucu yang lebih suka dipanggil Tin, saat mengobrol di lokasi rumah produksi kue kering UD Aulia Royana, Lemahbang Dewo Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, belum lama ini.
Tidak hanya piawai membuat kue kering, kedua tangannya pun biasa dipakai untuk memijat. Tin mengaku belajar memijat dari eyangnya.
"Belajar mijat dari Mbah saya," kata Tin. Dia hanya menerima klien perempuan dan tetangga sekitar saja.
Â
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Masalah Rumah Tangga
Tin membuat kue kering bermula dari ajakan Jamilah (51), seorang pemilik usaha kue kering di Desa Lemahbang Dewo Rogojampi. Pada 2014, Jamilah yang melihat Tin mengalami gangguan jiwa mengajaknya bergabung.
"Ibu Tin sudah lima tahun di sini. Karena rasa kemanusiaan, saya ajak ODGJ untuk bergabung membuat kue kering. Awalnya, saya khawatir, dia mengganggu (orang lain), tapi nurut juga," kata Jamilah.
Sebelum mengalami gangguan jiwa, Tin memang seorang penjual kue khas Banyuwangi. Dia menjajakan kuenya dengan berkeliling desa.
Andi, anak Jamilah menuturkan, Tin didera masalah rumah tangga. Akhirnya, dia bercerai dengan suaminya. Selepas bercerai, Tin mengalami masalah kejiwaan.
"Kalau Bu Sumartin, dia orang yang cantik dan bahagia. Namun, dia mengalami masalah rumah tangga dan ekonomi. Dia pisah dengan suami lalu sakit (masalah kejiwaan)," Andi menjelaskan.
Aktivitas membuat kue kering menjadikan Sumartin perlahan-lahan bangkit dari permasalahan kesehatan jiwa. Dia mengaku senang bisa aktif membuat kue.
Â
Advertisement
Kondisi Terjaga Stabil
Menurut cerita Andi, Tin dulunya suka mengganggu masyarakat sekitar. Dia bahkan memarahi anak kecil, dan tak segan melempar batu ke orang-orang yang lewat di depannya.
"Mbak Tin dulu bahayakan anak kecil. Anak kecil main, dia sering marah-marahi. Ada juga warga yang naik motor diganggu, lantas dilempar batu," Andi melanjutkan.
Pelan-pelan kondisi Tin membaik. Tin yang terus dipantau kesehatan jiwanya oleh puskesmas setempat diberdayakan oleh Jamilah untuk berkarya. Kini, Tin selayaknya orang normal yang bisa diajak bercanda dan mengobrol hal apa saja.
Usaha kue kering milik Jamilah memberdayakan empat ODGJ. Terkadang Tin membagikan ilmu membuat kue kering kepada ODGJ yang bekerja di usaha milik Jamilah.
"Kalau tahu ilmunya (cara membuat kue kering) ya saya enggak pelit. Saya kasih tahu ke (ODGJ) lain,"Â kata Tin sambil tersenyum.
Â
Bersih-Bersih Rumah
Sumartin masih dipantau kesehatan jiwa oleh puskesmas setempat guna mencegah kekambuhan.
Agar tidak bengong, Tin memilih fokus membuat kue kering. Saat di rumah, dia melakukan apa saja. Misal, bersih-bersih rumah, mencuci piring, dan menonton televisi. Pokoknya Tin tidak boleh sampai bengong.
"Alhamdulillah, saya sekarang lebih senang, ya kadang-kadang pikiran banyak. Cucu saja (kepikirannya),"Â kata Ibu Tin tertawa.
Advertisement