Ini Alasannya Mengapa Merasa Mual Ketika Sangat Lapar

Mungkin saja kamu pernah telat makan pagi dan ketika hendak makan di siang harinya malah terasa mual. Apa penyebabnya?

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Feb 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2020, 07:00 WIB
Lima Cara Atasi Perut Mual Setelah Makan Berlebihan di Malam Hari
Ilustrasi mual (dok Pixabay/Ossid Duha Jussas Salma)

Liputan6.com, Jakarta Ketika Anda telat bangun dan bergegas berangkat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bisa jadi tidak sempat untuk sarapan.

Risiko dari melewatkan sarapan adalah lapar. Tetapi  bagaimana jika yang dirasa justru mual ketika hendak makan di siang harinya?

Dilansir dari Live Science pada Sabtu (1/2/2020), salah satu alasan paling umum untuk fenomena ini mudah dipahami, kata Christine Lee, seorang gastroenterologis di Cleveland Clinic.

“Perut Anda menghasilkan asam klorida sebagai bagian dari proses panjang memecah makanan, menggunakan apa yang bisa untuk energi dan bahan, dan membuang sisanya”, kata Lee.

Jika Anda tidak makan dalam waktu lama, asam klorida dapat menumpuk di perut.

"Ketika itu naik ke kerongkongan, itu dapat menyebabkan refluks asam, mulas dan mual," kata Lee.

Satu alasan yang memungkinkan untuk merasa mual ketika lapar ada hubungannya dengan jaringan sinyal tubuh Anda untuk mengetahui kapan harus makan. Sinyal-sinyal ini diatur oleh sistem endokrin, sistem kelenjar (termasuk kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid dan pankreas) yang menggunakan aliran darah untuk komunikasi kimia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video menarik berikut ini:


Hormon yang dikeluarkan ketika lapar

Cara Kendalikan Rasa Lapar Saat Berpuasa
Cara Kendalikan Rasa Lapar Saat Berpuasa (Sumber: iStockphoto)

Hormon yang dihasilkan oleh sistem endokrin memberi tubuh Anda informasi yang dibutuhkan untuk menjaga tingkat kimianya seimbang. Misalnya, untuk menjaga kadar gula darah yang sehat dan mendukung berbagai aktivitas tubuh, Anda membutuhkan kalori.

Perut Anda mengirimkan sinyal ke sistem endokrin yang memicu pelepasan hormon. Hormon-hormon ini memberi tahu otak, "Beri kami lebih banyak kalori" atau "Sudah cukup".

Banyak hormon yang terlibat, tetapi dua yang penting adalah ghrelin dan leptin.

"Ghrelin seharusnya menyebabkan kelaparan," kata Lee.

Leptin memiliki efek sebaliknya. Ini melawan ghrelin dengan mengurangi nafsu makan. Ada banyak hormon lain yang terlibat dalam perasaan lapar, tetapi interaksi antara ghrelin dan leptin adalah kunci dalam pasang surut yang sehat dan aliran nafsu makan.

"Ketika tubuh Anda dalam keadaan normal, hormon-hormon ini mengatur secara otomatis," kata Lee.


Hormon leptin dilepaskan saat makan

Ilustrasi makan
Ilustrasi makan. Sumber foto: unsplash.com/Dan Gold.

Saat Anda makan, tubuh Anda melepaskan leptin, yang menandakan bahwa Anda puas dan tidak perlu lapar untuk sementara waktu. Dengan kata lain, tubuh Anda membutuhkan makanan, sehingga menghasilkan ghrelin.

Itu membuat Anda lapar, jadi Anda makan. Kemudian, tubuh Anda tidak membutuhkan lebih banyak makanan, sehingga menghasilkan leptin. Itu membuat Anda merasa kenyang, sehingga Anda berhenti makan.

Tapi tindakan penyeimbang kimia itu bisa dibuang begitu saja jika Anda mengabaikan sinyal lapar dan tidak makan secara teratur. Lakukan cukup lama tanpa makan, dan tubuh Anda akan mencoba membujuk Anda untuk makan dengan memproduksi lebih banyak ghrelin.

"Ketika hormon naik, mereka seharusnya meningkatkan nafsu makanmu," kata Lee.

Lee juga mengatakan, beberapa orang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap kadar hormon.

Variasi dalam sensitivitas dan faktor-faktor lain menyebabkan beberapa orang mengalami mual ringan ketika mereka sangat lapar. Namun, kasus-kasus gejala mual yang lebih parah, bisa mengisyaratkan kelainan.

"Jika sinyal Anda cukup intens sehingga Anda mual atau sakit, itu bisa berarti tubuh Anda memberi tahu Anda bahwa Anda perlu diskrining untuk sindrom metabolik,” kata Lee.

Kondisi seperti gula darah tinggi, kolesterol abnormal, peningkatan tekanan darah dan gula darah tinggi yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

Penulis : Vina Muthi A.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya