Kombinasi Obat Tradisional China dan Barat Lebih Efektif Sembuhkan Pasien Virus Corona

Kombinasi pengobatan tradisional Tiongkok (TCM) dan pengobatan barat dalam mengobati pasien virus corona atau COVID-19 terbukti efektif.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Feb 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2020, 12:00 WIB
Pengobatan Akupuntur
Pasien menerima perawatan akupunktur di rumah sakit di Shenyang di provinsi Liaoning, China (7/8). Akupunktur adalah komponen penting pengobatan tradisional Tiongkok, yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. (AFP Photo/Str/China Out)

Liputan6.com, Jakarta Kombinasi pengobatan tradisional Tiongkok (TCM) dan pengobatan barat dalam mengobati pasien virus corona atau COVID-19 terbukti efektif.

Yu Yanhong, seorang pejabat National Health Commission sekaligus wakil kepala National Administration of Traditional Chinese Medicine mengatakan, kombinasi obat ini bahkan dapat mengatasi gejala ringan dengan cepat.

"Metode ini dapat memperbaiki kondisi pasien dengan gejala ringan (seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, lemah dan kurang nafsu makan) dengan cepat, serta mengurangi durasi dirawat di rumah sakit," kata Yu, dilansir dari XinhuaNet.

"Para ahli juga menemukan bahwa obat kombinasi ini membantu mencegah gejala ringan untuk berkembang menjadi kondisi yang parah dan kritis, sehingga mengurangi tingkat kematian akibat penyakit," lanjutnya.

Telah kita ketahui bahwa China banyak membuat departemen baru untuk menghadapi wabah COVID-19, salah satunya adalah departemen paru-paru ke-5 yang dibuat sementara di TCM Hospital of Hubei. Sejak awal, departemen ini mengkombinasikan pengobatan China dan Barat untuk menyelamatkan pasien.

"Pengobatan TCM (Traditional Chinese Medicine) dan Barat sama pentingnya dalam mengobati COVID-19. Kombinasi itu dapat mempersingkat proses perawatan dan dengan cepat meringankan gejalanya," Feng Yi, dokter kepala Pulmonary Medicine di TCM Hospital of Hubei, mengatakan kepada Global Times.

Departemen ini menerima pasien dengan gejala ringan maupun parah, dan telah menstabilkan kondisi mereka. Terhitung pada tanggal 20 Februari, sebanyak 26 pasien di dalamnya telah dipulangkan dan 36 masih dalam perawatan.

Feng mengatakan selain memperbaiki saluran pernapasan, TCM bekerja dengan baik dalam menangani gejala seperti diare atau sembelit, serta dapat menghambat penyakit berkembang ke tahap kritis.

Sejak Senin tanggal 17 Februari, TCM telah merawat lebih dari 85,2 persen dari kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh negeri. Di luar Hubei, sebanyak 87 persen pasien telah disembuhkan atau kondisinya membaik berkat TCM.

"Terapi TCM saat ini telah memberikan hasil yang baik karena sebagian besar pasien telah dibebaskan dari rasa sakit, batuk, dahak, dan sesak napas, serta memperbaiki nafsu makan menjadi lebih baik," kata Wen, kepala tim medis pendukung First Affiliated Hospital of Guangzhou University of Chinese Medicine yang dikirim ke Wuhan.

Wang Zhen, kepala dokter di departemen pernapasan Chiense Medicine Hospital of Zhejiang Province, mengatakan kepada Global Times bahwa 95,83 persen pasien Covid-19 di Zheijang telah menjalani pengobatan TCM. Ia mengakui TCM juga efektif dalam mengobati SARS dan H1N1 atau flu burung.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Ada apa saja dalam perawatan TCM?

Obat PCC
Ilustrasi Foto Obat PCC (Paracetamol Cafein Carisoprodol) (iStockphoto)

TCM menggunakan metode seperti akupuntur, pijat, dan tai chi ditambah ramuan TCM yang sesuai dengan gejalanya.

Wen mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh tidak berfungsinya satu atau beberapa organ yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelembaban atau suhu tubuh. Konsep pengobatan Tiongkok adalah mengembalikan fungsi organ melalui terapi khusus. Organ yang sehan dan berfungsi dengan baik membantu menghilangkan faktor-faktor eksternal (yang disebut oleh pengobatan Barat sebagai virus dan disebut oleh pengobatan Tiongkok 'jahat').

Konflik dan Keraguan Terhadap TCM

Keraguan akan pengobatan TCM selalu muncul, bahkan beberapa dokter pun mengajukan kritik. Salah satunya yaitu Tao Lina, yang bekerja di Shanghai Center for Disease Control and Prevention mengatakan "TCM dapat mencegah dan menyembuhkan COVID-19 adalah logika aneh, karena TCM tidak memiliki konsep mikroorganisme."

Cao Hongxin, mantan kepala sains dan teknologi di State Administration of TCM mengatakan, "kedokteran Barat melakukan intervensi setelah memilah peta karakteristik virus dan patogenesis, sementara TCM menafsirkan pandemi dari prinsip bagaimana manusia beradaptasi dengan pergantian musim dan perubahan alam."

Wen percaya keraguan mengenai TCM disebabkan oleh kurangnya indikator untuk menunjukkan bahwa itu dapat membunuh virus. Dia mengatakan obat-obatan China dan Barat masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Terlepas dari keraguan terhadap keefektivan TCM, banyak orang yang membeli TCM sejak akhir Januari, bahkan sampai mengantri di luar apotek hingga larut malam.

Adapun gejala klinis yang ditemukan setelah minum TCM yaitu demam, batuk, tenggorokan kering, keluar dahak kuning, distensi dan konstipasi perut, sesak dada, lidah kemerahan dengan lapisan kuning, tebal dan berminyak, mengutip dari Global Times.

TCM terdiri dari: Almond 10 gram, Gypsum Fibrosum 30 gram, Fructus Trichosanthis 30 gram, Radix Et Rhizoma Rhei 6 gram, Herba Ephefrae 6 gram, Roasted Herba Ephefrae 6 gram, Semen Lepidii 10 gram, Semen Persicae 10 gram, Fructus Tsaoko 6 gram, Semen Arecae 10 gram, Rhizoma Atractylodis 10 gram.

Sejauh ini, obat yang telah diakui untuk mengobati COVID-19 baru Favilavir. Sedangkan Remdesivir yang juga telah didaftarkan masih harus dilakukan uji klinis, sama halnya dengan kombinasi obat HIV dari Korea Selatan yang juga masih harus menjalani uji klinis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya