Bantuan 50 Ribu Alat RDT dan Alat Kesehatan Diterima Pemda Jabar

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menerima bantuan 50 ribu alat Rapid Diagnostic Test (RDT) serta ribuan alat kesehatan lainnya dari berbagai perusahaan, yayasan dan perorangan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 09 Apr 2020, 14:07 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2020, 14:07 WIB
Rapid test
Hasil rapid test keluarga JH (14) dinyatakan negatif Corona Covid-19

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menerima bantuan 50 ribu alat Rapid Diagnostic Test (RDT) serta ribuan alat kesehatan lainnya dari berbagai perusahaan, yayasan dan perorangan.

Rincian donasi peralatan kesehatan untuk penanggulangan COVID-19 ini berupa 50 ribu alat RDT dari Yayasan Budha Tzu Chi, 3 ribu Alat Pelindung Diri (APD) dan 3 ribu masker dari Cartenz-GBI Stairway From Heaven, satu ventilator dari GBI Sukawarna, serta 700 APD dari Javaretro Hotel.

Selain itu, Jabar menerima 4 ribu baju hazmat, 5 ribu masker, dan 4 ribu pelindung wajah dari PT Eigerindo MPI, 180 coverall dan 40 ribu masker dari Nyoman Nuart, serta seribu baju hazmat, seribu pelindung wajah, seribu masker medis, dan 4 ribu sarung tangan latex dari Yayasan Summarecon Peduli. Emil mengatakan, pandemi global COVID-19 ini, telah berdampak pada perekonomian masyarakat kecil hingga industri skala besar, sehingga Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar mengapresiasi bantuan dari berbagai pihak dalam menanggulangi maupun mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 itu.

"Karena COVID-19 ini urusan bersama, maka kemampuan pemerintah ada batasnya, sehingga kepada mereka yang tangannya di atas saya ucapkan terima kasih. (COVID-19) ini tidak hanya lahir tapi dampaknya juga batin, di sinilah peran kita untuk memberikan yang terbaik buat bangsa ini," ucap Emil dalam keterangan resmi tertulisnya, Bandung, Kamis, 9 April 2020.

 

Pentingnya Kedisiplinan Warga

Selain itu, Emil menekankan pentingnya kedisiplinan warga dalam social distancing atau physical distancing dan menerapkan pola hidup sehat sebagai benteng pertama pertahanan melawan COVID-19. Jika benteng pertama itu jebol, Emil berujar bahwa benteng pertahanan kedua bagi Pemda Provinsi Jabar untuk menanggulangi COVID-19 yaitu melacak atau mencari.

Diakui oleh Emil, hal itu merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena harus mengetes ribuan orang yang berpotensi tertular COVID-19. Untuk mengetahui peta persebaran COVID-19 secara optimal agar bisa mengambil kebijakan yang tepat, Pemerintah Jabar merujuk pola yang dilakukan oleh Korea Selatan, yaitu mengetes 0,6 persen dari jumlah penduduknya.

"Jabar idealnya memiliki kurang lebih 300 ribu alat RDT untuk mengetes 0,6 persen dari total penduduk hampir 50 juta jiwa. Sementara saat ini, Jabar memiliki sekira 100 ribu alat RDT, termasuk bantuan dari Kementerian Kesehatan, BNPB (gugus tugas pusat), PT Jasa Madivest (BUMD), dan 50 ribu di antaranya dari bantuan Yayasan Budha Tzu Chi pada akhir Maret lalu," kata Kamil.

Jika digabungkan dengan sumbangan terakhr, Emil mengacu Pemerintah Jabar memiliki 150 ribu alat tes (RDT) COVID-19. Sehingga diperlukan lagi 150 ribu (alat RDT) lainnya yang tengah diupayakan pencariannya ke berbagai negara.

 

Logistik di RS Jadi Pertahanan Terakhir

Berikutnya, jika benteng pertahanan kedua berupa tes masif itu jebol, Emil berujar bahwa logistik di rumah sakit menjadi benteng pertahanan terakhir dalam memerangi COVID-19.

Keberadaan ventilator, hazmat, masker, pelindung wajah, dan peralatan penunjang APD lainnya, sangat dibutuhkan bagi para tenaga medis sebagai garda terdepan. Meski begitu, Emil mengingatkan bahwa semua itu bisa diminimalisir jika masyarakat disiplin melakukan benteng pertahanan pertama.

"Bila masyarakat disiplin melakukan benteng pertahanan pertama yaitu pencegahan, harusnya akhir Juni 2020 kita bisa hidup lebih baik. Tapi kalau tidak disiplin mungkin (pandemi) bisa sampai akhir tahun," ujar Emil. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya