Liputan6.com, Jakarta - Demam serial A World of Married Couple melanda pecinta drama Korea di Indonesia. Hal ini terlihat dari seringnya pengguna media sosial membahas drama satu ini.
Sampai dengan Selasa, 21 April 2020, A World of Married Couple baru tayang delapan episode. Di setiap episodenya para penonton selalu dibuat emosional oleh akting para pemain dan jalan cerita yang disuguhkan.
Baca Juga
Drama Korea yang dimainkan Park Hae-joon, Kim Hee-Ae, dan Han So-hee bercerita tentang rumah tangga sepasang suami-istri (Tae Ho dan Ji Sun Woo) yang sudah dikaruniai seorang anak (Joon Young), kemudian hancur karena kehadiran orang ke-3 atau meminjam istilah penonton Tanah Air: `pelakor` alias perebut laki orang (Yeo Da Kyung).
Advertisement
Yang membuat penonton Indonesia begitu menyukai A World of Married Couple, mungkin karena sejak episode perdana sudah langsung masuk ke inti cerita. Penonton jadi penasaran, sehingga betah untuk mengikuti jalan ceritanya, meski harus menunggu selama tujuh hari untuk episode selanjutnya.
Saking sukanya sama drama Korea yang berhasil memeroleh rating tertinggi versi Nielsen di setiap penayangannya, penonton Indonesia menunjukkannya dengan menuliskan kalimat dukungan untuk tokoh yang dianggap 'kasihan', dan kalimat hujatan untuk tokoh yang dianggap 'kotor' di akun-akun fanbase serial A World of Married Couple atau langsung ke akun Instagram pemainnya.
Â
Han Seo-hee, pemeran Yeo Da Kyung alias sang pelakor di A World of Married Couple yang menjadi bulan-bulanan warganet Indonesia. Ini tampak dalam foto yang diunggahnya, dari total nyaris 10 ribu komentar, mayoritas komentar berbahasa Indonesia.
"Pelakor," kata pemilik akun dhonitan12 yang kemudian mendapat 1.445 penyuka.
"Sayang cantik-cantik jadi pelakor," tulis pemilik akun rancliffe.
"Baru kali ini ngefans sama sama pelakor. Ya Allah maafkan hamba," kata vica.andini.
"Pelakor cantik," tambah yang lainnya.
Â
Penonton A World of Married Couple Emosi
Demam serial Korea ini juga `menjangkiti` Laras, mahasiswi, 21 tahun. Semula dia mengaku tidak begitu peduli. Saat banyak orang membicarakan serial satu ini, Laras pun masih belum tergerak untuk menonton. Namun, setelah 'iseng' menontonnya, siapa sangka Laras bisa langsung membabat lima episode sekaligus.
"Aku takut sebenarnya nonton ini di bulan puasa nanti. Takut enggak bisa menahan untuk menghujat," kata Laras sambil tertawa.
Laras sendiri bingung mengapa bisa begitu emosional saat menontonnya, padahal dia tak pernah sama sekali mengalami hal-hal seperti yang diceritakan di A World of Married Couple.
"Aduh, amit-amit, deh, semoga enggak kejadian di hidupku. Nontonnya capek, bikin sport jantung, apalagi kalau aku yang benar-benar mengalaminya, bisa gila beneran kali," ujarnya.
Menurut gadis berambut panjang ini, drama Korea ini benar-benar layak untuk ditunggu episode selanjutnya, karena tak dapat ditebak bagaimana cerita berikutnya.
"Aku pikir di episode ini dia bakal kek begini, ternyata enggak dong. Sial," katanya.
Â
Advertisement
A World of Married Couple Adalah Racun
Senada dengan Laras, Eka (30 tahun) yang berprofesi sebagai karyawan swasta, menganggap A World of Married Couple adalah 'racun'. Seumur-umur, kata Eka, belum pernah 'sebucin (sejatuh cinta)' ini sama drama Korea.
"Aku tuh bukan penggila drakor garis keras. Baru ngikutin akhir-akhir ini. Nah, yang pertama sebenarnya bukan ini, ada satu lagi. Itu kan tayangnya juga setiap minggu, jadi kayak butuh tontonan aja. Ya, coba-coba nonton si drama pelakor-pelakor ini, kebetulan sudah langganan aplikasi streaming-nya. Eh, pas ditonton, kok menarik untuk diikuti," ujarnya.
Eka merasa karakter yang tersakiti di A World of Married Couple persis seperti dirinya. Itu alasan yang membuat dia akhirnya mengikuti serial---yang menurut Nielsen---mendapat rating sebesar 6,2 persen pada episode pertama, lalu merangkak naik di angka 18,8 persen pada episode ke-6. Pencapaian ini telah mengalahkan rating tertinggi drama Itaewon Class.
"Sikapnya dia itu aku banget. Ha ha ha. Jadi, kayak menonton diri sendiri," ujarnya.
"Cuma aku pelan-pelan banget nontonnya, karena aku orangnya gampang emosian. Butuh waktu dari episode satu ke episode berikutnya, karena dipakai untuk menenangkan diri," katanya.
Lebih lanjut, Eka hanya menyayangkan A World of Couple tayang di satu bulan terakhir. Menurut Eka, dia takut puasa batal karena menghujat tokoh pelakornya.
"Tiap nonton enggak mungkin enggak menghujat. Jadi, kayak takut sendiri nonton ini pas puasa. Tolong!," Eka menekankan.
Â
Wajarkah Emosian Saat Menonton A World of Married Couple?
Melihat tingkah warganet dan penonton Indonesia, wajar atau tidak sebenarnya menjadi mudah emosi saat menonton opera sabun seperti A World of Married Couple? Apalagi sampai memenuhi kolom komentar salah seorang pemainnya dengan kalimat-kalimat menghujat?
Menurut dokter spesialis kejiwaan atau psikiater, dr Andri SpKJ FACLP, sangat wajar kalau kita terbawa dalam arus emosi saat menonton sebuah tontonan dan larut dalam ceritanya.
Hal seperti ini, kata Andri, bukan baru-baru saja terjadi. Khusus di Indonesia, para penonton sinetron sudah memerlihatkan tingkah seperti itu jauh sebelum Instagram dan Twitter booming.Â
"Tidak hanya drama Korea, tapi juga sinetron kita bisa terbawa. Kalau ceritanya bagus dan peran dari para masing-masing aktornya bagus, kita akan merasakan emosi yang ada di dalam film tersebut," kata Andri saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.
Lebih lanjut, kalau bisa ikut merasakan yang dirasakan tokoh-tokoh di dalam drama tersebut, itu berarti para aktor bermain dengan sangat bagus.Â
"Dulu ingat banget waktu zamannya ada Ibu Subangun (pemeran antagonis di sinetron Keluarga Rahmat). Zaman tua banget tuh sinetron. Dia sangat galak, dia peran antagonis, sehingga ketika dia berjalan di mana gitu, dia pernah bilang sampai ada orang yang langsung narik rambutnya gitu saking kesalnya," kata Andri.
"Sehingga orang itu tidak bisa membedakan mana kenyataan, mana yang ada di sinetron, tapi ya kalau kita bilang ya memang demikianlah. Kalau aktor itu sampai begitu menjiwai, orang bisa ikut-ikutan kesel. Orang bisa nggak senang dan benci bahkan dengan aktor tersebut padahal itu hanya di film," ujarnya.
Â
Advertisement
Gampang Emosi
Menurut pria yang aktif di Twitter dengan nama @MbahNdi ini tak ada istilah khusus untuk menggambarkan kondisi semacam itu.
"Menurut saya itu biasa, enggak ada pakai istilah-istilah psikologislah. Kalau saya, sih, melihatnya itu wajar saja-saja," kata Andri.
Dia menambahkan penonton-penonton di Indonesia pasti bisa membedakan mana kenyataan, mana yang tidak. Dan, sangat wajar apabila kita sampai menyukai sesuatu 'sebegitunya'.
"Kalau saya dulu kan sukanya sama orang yang sudah mati, Bruce Lee. Sehingga saya menuruti gitu pengin kaya Bruce Lee melakukan latihan-latihan yang harus dilakukan, bisa main double stick itu kan ingin meng-copy gitu, ingin apa yang membuat diri kita sama dengan aktor idola," ujarnya.
Simak Video Menarik Berikut Ini
Advertisement