Ahli Mikrobiologi: Masyarakat Takut COVID-19 tapi Pergi Tidak Pakai Masker

Ketakutan sebagian masyarakat Indonesia terhadap COVID-19 tidak diikuti dengan cara hidup yang disipli menjala

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2020, 13:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (biru/pink) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Ketakutan sebagian masyarakat terhadap COVID-19 tidak diikuti dengan upaya aktif dan disiplin melakukan protokol kesehatan.

"Masyarakat takut (COVID-19), tetapi mereka leluasa untuk pergi ke sana kemari tanpa masker, berkerumun, minum kopi, ke restoran, dan lain-lain," kata Ketua Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Pratiwi Sudarmono dalam diskusi bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dikutip dari Antara.

Tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan ditambah pergerakan manusia yang luar biasa, Pratiwi menyebut gelombang kedua bisa saja terjadi. Seperti kita lihat, setelah Idul Fitri, tetap ada kegiatan mudik dan balik, serta tenaga kerja Indonesia yang kembali dari luar negeri.

Pratiwi menjelaskan bahwa virus corona penyebab COVID-19 adalah jenis virus RNA yang dari waktu ke waktu melakukan perubahan atau mutasi dan berkembang menjadi semakin banyak.

"Ketika tidak ada pembatasan dan orang tidak takut untuk keluar rumah, dengan sendirinya kemungkinan untuk tertular menjadi tinggi," tuturnya.

 


Variasi Virus Corona Penyebab COVID-19

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Pratiwi mengatakan memang terdapat beberapa variasi virus corona penyebab COVID tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna. Dari beberapa variasi tersebut, bisa diketahui dari mana virus tersebut berasal.

"Sayangnya kita tidak cukup banyak melakukan sequencing terhadap virus ini. Misalnya, saya pernah terpapar dan positif, kemudian sembuh. Lalu dua minggu kemudian positif lagi. Kalau virusnya sama berarti terjadi reaktivasi. Kalau berbeda-beda berarti terjadi reinfeksi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya