Studi: Dexamethasone Mengurangi Risiko Kematian Pasien COVID-19

Hasil awal sebuah studi di Inggris menyatakan bahwa dexamethasone mampu mengurangi rata-rata kematian hingga sepertiga pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jun 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 21:00 WIB
Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Inggris mengungkapkan hasil studi mereka terhadap obat dexamethasone untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 bergejala parah yang dirawat di rumah sakit.

Dikutip dari Antara pada Rabu (17/6/2020), para peneliti menyatakan bahwa dexamethasone mampu mengurangi rata-rata kematian hingga sepertiga pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Dalam laman resmi University of Oxford, studi yang mereka lakukan ini dimulai pada Maret 2020. Penelitian yang disebut RECOVERY (Randomised Evaluation of COVID-19 Therapy) ini ditetapkan sebagai uji klinis acak untuk menguji berbagai perawatan potensial bagi penyakit akibat virus corona SARS-CoV-2 tersebut.

Obat Dexamethasone dosis rendah juga dimasukkan dalam penelitian tersebut. Lebih dari 11.500 pasien di lebih dari 175 rumah sakit Inggris terdaftar dalam penelitian ini.

"Hasil awal dari percobaan RECOVERY ini sangat jelas, dexamethasone mengurangi risiko kematian di antara pasien dengan komplikasi pernapasan yang parah," kata Martin Landray, Professor of Medicine and Epidemiology di Nuffield Department of Population Health, University of Oxford.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Hasil Penelitian

Ilustrasi penelitian.
Ilustrasi penelitian. (iStockphoto)

Sebanyak 2.104 pasien secara acak menerima dexamethasone 6 miligram sebanyak satu hari sekali selama 10 hari. Mereka lalu dibandingkan dengan 4.321 pasien acak yang dirawat dengan perawatan biasa.

Peneliti menemukan, dexamethasone mampu mengurangi kematian hingga sepertiga pada pasien yang dirawat dengan mendapatkan bantuan ventilator dan seperlima pada pasien yang mendapatkan perawatan dengan bantuan oksigen.

Namun, untuk mereka yang tidak memerlukan dukungan pernapasan, tidak ada manfaat dari obat ini.

Obat yang Tidak Mahal

ilustrasi penelitian.
ilustrasi penelitian. (iStockphoto)

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyebutkan bahwa 1 kematian bisa dicegah pada sekitar 8 pasien dengan ventilator atau sekitar 25 pasien yang membutuhkan oksigen saja.

"Dexamethasone adalah obat pertama yang terbukti meningkatkan ketahanan hidup pada pasien COVID-19. Ini adalah hasil yang sangat disambut baik," kata Peter Horby, Professor of Emerging Infectious Diseases in the Nuffield Department of Medicine, University of Oxford, yang juga salah satu kepala untuk penelitian ini.

Horby mengatakan, dexamethasone sudah bisa menjadi standar perawatan bagi pasien saat ini. Apalagi, obat tersebut tidaklah mahal.

"Dexamethasone tidak mahal, tersedia di toko, dan dapat segera digunakan untuk menyelamatkan nyawa di seluruh dunia," ujarnya.

Sambutan Baik WHO

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Hasil awal studi ini mendapatkan sambutan baik dari World Health Organization (WHO). Dalam laman resminya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa ini adalah berita yang baik.

"Ini adalah pengobatan pertama yang ditunjukkan untuk mengurangi angka kematian pada pasien COVID-19 yang membutuhkan dukungan oksigen atau ventilator," ujarnya.

WHO menyatakan bahwa dexamethasone adalah steroid yang telah digunakan sejak 1960-an untuk mengurangi peradangan dalam berbagai kondisi termasuk gangguan inflamasi serta kanker tertentu.

Obat tersebut telah terdaftar dalam WHO Model List of Essential Medicines sejak 1977 dalam berbagai formulasi dan telah telah tersedia dengan harga terjangkau di banyak negara.

Mengingat pentingnya hasil temuan ini untuk kesehatan masyarakat, para peneliti tengah bekerja untuk mempublikasikan rinciannya sesegera mungkin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya