Virus Corona COVID-19 di Indonesia Bermutasi? Ini Penjelasan Kepala LBM Eijkman

Mutasi virus corona COVID-19 di Indonesia disebut ada, tetapi bukan di daerah receptor binding site atau daerah yang mengikat reseptor di manusia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Jun 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 22:00 WIB
Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Petugas medis menunjukkan sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan di Indonesia masih terus mempelajari mengenai virus Corona penyebab COVID-19 atau SARS-CoV-2 yang ada di Tanah Air, termasuk untuk melihat apakah ada mutasi atau tidak.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan kepada Health Liputan6.com, berdasarkan 10 sampel whole genome sequence (WGS) yang dikirim LBM Eijkman ke GISAID, tetap ada mutasi pada virus Corona SARS-CoV-2 di Indonesia.

"Kalau mutasi sih ada, semuanya ada mutasi. Cuma ada mutasi yang menyebabkan perubahan asam amino dan ada yang tidak, tapi mutasi itu ada," kata Amin saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (19/6/2020).

"Hanya saja memang setelah dipelajari mutasi itu terjadinya bukan di daerah receptor binding site, jadi daerah yang mengikat reseptor di manusia. Daerah itu yang akan menentukan apakah sel itu akan menempel atau tidak di manusia."

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Terlalu Dini Menyebut Arah Virus Bermutasi

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Amin menyebutkan, berdasarkan data dari 10 sampel Whole Genome Sequence (WGS) yang dikirim Eijkman memperlihatkan bahwa mutasi pada virus corona yang ada di Indonesia tidak mempengaruhi bagian tersebut.

"Jadi kalau kita membuat vaksin yang nantinya bekerja dengan mem-block receptor binding site tersebut maka tetap bisa bekerja walaupun ada mutasi, selama mutasi itu tidak mengganggu receptor binding site," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa terlalu dini untuk menyebutkan bahwa virus Corona di Indonesia bermutasi lebih ganas atau lebih jinak.

"Belum bisa diketahui karena dari 10 itu saja pola mutasinya berbeda-beda dan kekerabatannya tidak dekat satu sama lain walau pun sama-sama di Indonesia," ujarnya.

Pentingnya Mengetahui Mutasi Virus

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Dia menuturkan bahwa penting bagi ilmuwan di Indonesia untuk mengetahui ciri-ciri virus Corona meski mereka berada dalam golongan SARS-CoV-2.

"Tapi satu sama lain tidak 100 persen sama dan perubahan itu di satu sisi bermanfaat untuk kita bisa mengenali si virus itu asalnya dari mana, riwayat perjalanannya, dari situ kita bisa tahu penyebarannya di manusia dari mana ke mana," katanya.

Selain itu, studi untuk mengetahui apakah adanya mutasi terhadap virus Corona di Indonesia juga untuk memastikan agar vaksin yang apabila nanti tersedia, benar-benar tepat dan efektif untuk melindungi masyarakat di Indonesia.

Amin mengatakan, hingga saat ini sudah ada 15 sampel WGS virus corona SARS CoV-2 yang dikirim ke GISAID. 10 berasal dari LBM Eijkman dan 5 dari Universitas Airlangga. Ia mengatakan, Eijkman berencana untuk mengirim setidaknya 100 sampel WGS dari SARS-CoV-2 dari Tanah Air.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya