Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan di Johns Hopkins University Amerika Serikat melaporkan kasus tidak biasa. Mereka melakukan studi terhadap seorang pria dengan kondisi langka yakni tidak dapat membedakan angka 2 hingga 9.
Setelah melakukan penelitian terhadap kondisi pria itu, rupanya ia memiliki penyakit otak degeneratif langka yang disebut sindrom kortikobasal selama 8 tahun.
Baca Juga
Seperti dikutip dari Live Science, para peneliti yang menuliskan studi ini mengatakan, respons otak pria tersebut terhadap gambar atau kata tidak selalu berarti bahwa orang itu menyadarinya.
Advertisement
"Ketika dia melihat angka, otaknya harus 'melihat' bahwa itu adalah angka sebelum dia melihatnya--ini adalah paradoks yang nyata," kata ilmuwan kognitif Universitas Johns Hopkins Michael McCloskey.
Dalam makalah ini, kata Closkey, yang dilakukan adalah mencoba menyelidiki proses apa yang terjadi di luar kesadarannya.
"Yang lebih aneh adalah kenyataan bahwa pasien dengan inisial RFS tersebut masih dapat memahami huruf, simbol, dan bahkan angka 1 dan 0. Namun, antara 2 dan 9, semuanya kabur. Bahkan untuk mereproduksi angka seperti 8, ia menggambarkan apa yang dia lihat seperti spageti," ujar Closkey, mengutip laman Odditycentral.
Â
RFS tidak pernah menyadarinya
RFSÂ sebenarnya adalah seorang pasien di Rumah Sakit Johns Hopkins dan dirujuk ke McCloskey oleh salah satu rekannya. Tim McCloskey lalu mulai mempelajari RFSÂ sejak 2011 lalu, ketika pria itu berusia 60 tahun.
"Sejauh pengetahuan para peneliti, RFS adalah pasien pertama yang tidak mampu melihat angka."
"Dia melihat sesuatu seperti perebutan garis dan dia menyebutnya spageti (padahal itu angka 8)," kata McCloskey. RFS tahu bahwa yang dia lihat adalah angka, meskipun dia tidak tahu nomor yang mana hanya karena dia tidak melihat rangkaian garis lain.
"Apa yang paling mencolok adalah bahwa itu mempengaruhi angka dan bukan simbol lainnya," katanya kepada Live Science.
Simbol atau huruf mungkin terlihat mirip dengan angka; huruf kapital B, misalnya, terlihat seperti 8. Tapi dia tidak memiliki masalah melihat huruf atau karakter lain.
Meski RFS tidak bisa membedakan atau mereproduksi angka antara 2 dan 9, atau gambar atau kata-kata dengan angka-angka tersebut. Namun, hasil electroencephalography (EEG) menunjukkan bahwa otaknya mampu mengidentifikasi dengan benar semua gambar dan kata-kata, bahkan jika dia tidak menyadarinya.
"Kebanyakan orang yang menderita sindrom kortikobasal mengalami gejala seperti masalah ingatan, kejang otot, dan kesulitan berjalan, tetapi RFS juga menunjukkan ketidakmampuan untuk memahami, mengidentifikasi, dan mereproduksi sebagian besar angka dalam bahasa Arab.Â
Menariknya, selama delapan tahun mereka mempelajari kondisi RFS, para ilmuwan dapat merancang sistem bilangan pengganti yang dapat digambar atau kata di dalam sejumlah besar atau sekelompok angka, yang bisa RFS kenali.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa otak RFS melakukan pemrosesan yang rumit tanpa adanya kesadaran," kata David Rothlein dari Healthcare VA Boston.
 Uniknya, RFS adalah seorang insinyur yang selalu bekerja dengan angka, lanjut Rothlein.
"Dia benar-benar mampu dalam pemrosesan angka sebelumnya, jadi jika Anda memintanya untuk melakukan aritmatika menggunakan angka atau bahkan angka Romawi, ia dapat mengerjakan matematika dengan baik. Namun kini angka itu seperti sepotong garis," tambahnya.
Temuan ini diterbitkan 22 Juni dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Advertisement