Liputan6.com, Jakarta Keberhasilan terapi plasma konvalesen (convalescent) untuk pasien COVID-19 memerhatikan tiga kunci. Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.
"Terapi (plasma konvalesen) yang berlangsung baik memerhatikan tiga komponen, yaitu pendonor yang sehat, produk yang baik, dan penerima plasma," papar Amin saat sesi dialog Terapi Plasma Convalescent di Graha BNPB, Jakarta, ditulis Minggu (28/6/2020).
Advertisement
Pertama, pendonor plasma konvalesen merupakan pasien COVID-19 yang sudah sembuh dan sehat. Pengambilan plasma dilakukan pada pendonor yang sehat dan berjenis kelamin laki-laki meskipun perempuan juga berpeluang.
Pemilihan jenis kelamin karena laki-laki tidak memiliki Human Leukocyte antigenantigen (HLA). Ketidakcocokan HLA bisa berakibat terjadinya penolakan pada penerima donor, seperti kerusakan sel atau jaringan.
“Itu mungkin yang akan bisa membuat masalah diresipiennya (penerimanya). Kalau perempuan boleh juga. Syaratnya tidak boleh sedang hamil," jelas Amin, sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
"Kita mesti memastikan kondisi kesehatan yang lainnya, laboratorium harus baik, COVID-19 harus negatif, dan persyaratan donor darah harus terpenuhi. Misalnya, darah dia tidak boleh mengandung malaria, virus HIV, hepatitis, dan sebagainya. Itu harus negatif.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kadar Antibodi yang Cukup
Kedua, terkait dengan produk. Amin menyampaikan, produk plasma konvalesen harus memiliki antibodi dalam kadar yang cukup. Kadar titer antibodi untuk terapi pada pasien COVID-19 harus cukup tinggi.
Namun, kadar antibodi tentu berbeda-beda dari setiap pendonor. Sejumlah penelitian menunjukkan, kadar titer antibodi yang bisa menetralkan virus Corona.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dengan titer antibodi 1 : 160. Komisi Eropa merekomendasikan kadar titer antibodi 1 : 320. Laporan dari Tiongkok, kadar titer antibodi minimal 1 : 80 sudah bisa untuk digunakan.
“Kemudian yang ketiga, penerima plasma harus tidak boleh ada ketidakcocokan golongan darah," Amin menambahkan.
Diharapkan terapi plasma konvalesen bisa memperbaiki jaringan tubuh pasien COVID-19 yang sudah rusak serta memperbaiki sistem imun.
Advertisement