Liputan6.com, Jakarta Brasil telah mencatat 1,5 juta kasus COVID-19 pada Jumat. Negara terbesar di Amerika Latin ini kembali membuka bar, restoran, dan pusat kebugaran serta sektor bisnis lainnya pada 10 Juni lalu yang memicu kekhawatiran infeksi akan terus meningkat.
Brasil memiliki wabah terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan COVID-19 telah menewaskan lebih dari 60.000 orang di negara itu.
Baca Juga
Di Rio de Janeiro, pada Kamis malam orang masih banyak berkumpul untuk sekadar minum-minum di trotoar sekitar pantai. Foto-foto pesta pora di kawasan pantai Leblon, di mana beberapa orang berkerumun berdekatan menjadi viral di media sosial yang mengundang kecaman dan keprihatinan.
Advertisement
"Tragedi yang diramalkan," tulis David Miranda, anggota kongres federal untuk Rio, di Twitter di atas gambar trotoar yang ramai melansir New York Post. Dia mengkritik walikota Marcelo Crivella.
"Keputusan Crivella untuk membuka pintu bisnis akan dibayar dengan biaya tinggi," tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan melalui email, kantor Crivella mengatakan penegak hukum setempat telah meminta beberapa perusahaan untuk tutup pada Kamis karena aturan kesehatan masyarakat melarang orang-orang berkumpul dan minum di luar bar.
Simak Video Berikut Ini:
Kritik Bagi Presiden Brasil
Pemerintah Rio de Janeiro melaporkan lebih dari 6.600 orang telah meninggal karena COVID-19 dalam empat bulan terakhir di kota tersebut.
Sedang, Sao Paulo, kota terbesar dan paling parah di Brazil, diperkirakan akan membuka bar dan restoran pada pekan depan.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah banyak dikritik oleh para ahli kesehatan karena meremehkan keparahan virus yang ia anggap sebagai "flu ringan." Bolsonaro telah menekan gubernur dan walikota selama berbulan-bulan untuk mencabut tindakan karantina dan membuka kembali perekonomian.
Bolsonaro acap kali melanggar pedoman jarak sosial yang disarankan oleh sebagian besar ahli kesehatan dengan berjabatan tangan dan merangkul orang lain. Dia mengatakan di depan umum bahwa masa lalunya sebagai atlet membuatnya kebal terhadap gejala terburuk virus.
Advertisement