5 Perubahan pada Vagina saat Bercinta

Ginekolog Anna Henderson merinci lima perubahan pada vagina yang mungkin dialami wanita

oleh Melly Febrida diperbarui 15 Jul 2020, 05:19 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2020, 22:00 WIB
Vagina Alat Kelamin Perempuan
Ilustrasi Foto Vagina (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ginekolog Anna Henderson merinci lima perubahan pada vagina yang mungkin dialami wanita seperti dilansir Daily Star:

1. Bakterial vaginosis (BV)

Menurut Sport England, 62 persen orang Inggris meyakini selama pandemi seharusnya menjadi lebih aktif daripada sebelumnya. Namun berolahraga dengan mengenakan legging bisa mengganggu keseimbangan vagina.

"Berkeringat dan berolahraga sendiri, tidak berbahaya, juga tidak menyebabkan BV. Namun, kebiasaan yang dilakukan wanita sebagai akibat dari ini, dapat membuat mereka lebih rentan terhadap BV," kata Henderson

Menurutnya, apabila wanita merasa lebih sering berkeringat, seharusnya lebih sering mandi dan menggunakan sabun

Terkati penggunaan celana dalam dan celana panjang yang posisinya dekat dengan alat kelamin, ini dapat mengganggu keseimbangan pH di daerah vagina yang dapat berkontribusi pada berkembangnya BV.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2. Cystitis

Kebiasaan seksual yang meningkat selama pandemi, bisa membuat wanita lebih berisiko mengalami infeksi intim. Seperti Cystitis yang merupakan peradangan di kandung kemih yang menimbulkan rasa nyeri ketika buang air kecil.

"Banyak kondisi kesehatan intim yang dapat dikaitkan dengan hubungan seksual, apakah itu penyebab tidak langsung atau langsung.

Hubungan seksual mungkin merupakan pemicu utama Cystitis pada wanita, dan sangat mudah untuk memahami secara anatomis mengapa hal itu terjadi.

“Jika hubungan seksual itu sendiri tidak menjadi masalah, kebersihan pasca-hubungan intim yang penting. Wanita perlu mengosongkan kandung kemih mereka jika mereka berpikir mereka rentan terhadap Cystitis. Ini hal yang mudah dilakukan tetapi pasti berhasil," ujar Henderson.

3. Sariawan

Sebuah studi dari YouGov menemukan sekitar satu dari lima (21 persen) wanita minum lebih banyak alkohol sejak karantina. Alkohol mengandung gula yang tinggi dan ini bisa berdampak pada kesehatan vagina.

Henderson mengimbau untuk menghindarinya dan diet gula tinggi, seperti karbohidrat olahan dan gula yang buruk untuk kesehatan karena mereka meningkatkan kadar gula.

“Ini kemudian dibawa ke seluruh tubuh yang dapat meningkatkan kadar gula di jaringan vagina, bukan hanya aliran darah dan itu sangat tidak sehat. Sariawan pada umumnya, lebih dari BV, benar-benar tumbuh subur dengan kadar gula tinggi di jaringan," jelas Henderson.

4. Selulitis

Selama beberapa bulan pertama Coronavirus, banyak salon ditutup sehingga orang memilih melakukan perawatan kecantikan DIY. Termasuk untuk waxing atau bercukur.

"Seorang wanita yang mencukur atau waxing tidak membuatnya lebih rentan terhadap infeksi vagina tetapi mencukur khususnya, memang meningkatkan risiko kondisi kulit seperti selulitis, peradangan yang dapat menyebabkan infeksi pada akar rambut, folikel," kata Henderson.

Ia bilang, mencukur benar-benar menghilangkan beberapa permukaan kulit sehingga dapat berdarah ketika bercukur, dan dapat memungkinkan infeksi dan juga mengganggu folikel rambut itu sendiri.

“Saran saya adalah jangan mencukur area genital, Anda dapat dengan mudah melukai diri sendiri dan terkena infeksi. Jika wanita ingin menghilangkan rambut maka itu harus dilakukan oleh seseorang yang terlatih secara profesional dalam waxing. "

5. Ketidakseimbangan Vagina

Seseorang yang sering mencuci tangan mungkin mengalami perubahan pada vagina juga.

"Jika Anda menggunakan pembersih vagina yang wangi, ini akan mengubah keseimbangan pH pada vagina Anda dan apabila dikombinasikan dengan siklus menstruasi Anda dapat menyebabkan sariawan dan BV," tutur Henderson.

Karena itu Henderson menyarankan mencuci vagina hanya dengan air, dengan memastikan setelahnya kering, dan mencoba mengenakan pakaian dalam yang longgar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya