Liputan6.com, Jakarta Balap lari liar berpotensi memicu cedera bagi para pelari karena tidak ada persiapan fisik dan lintasan yang memadai. Sebagai olahraga yang terbilang high impact, lari perlu dilakukan dengan serangkaian aturan.
Dokter spesialis kedokteran olahraga Sentra Peningkatan Performa Olahraga Indonesia (SPPOI) Eminence Andi Kurniawan, membagikan kiat-kiat aman dalam olahraga lari.
Baca Juga
“Cara-cara olahraga lari yang benar itu sebetulnya kita harus terlatih terlebih dahulu. Bagi orang-orang yang tidak pernah olahraga lari mungkin bisa memulai dengan jalan cepat, jogging, lama-lama ditingkatkan kecepatannya, baru bisa kecepatan tinggi,” ujar Andi kepada Liputan6.com, Rabu (16/9/2020).
Advertisement
Pelari juga harus mempersiapkan diri terutama memastikan otot-otot kakinya kuat. Jika otot kaki, sendi, dan lutut kuat maka risiko cederanya berkurang.
“Itu yang perlu diperhatikan, mulai dari latihan ringan, jalan cepat, jogging dan segala macam. Tidak bisa serta-merta langsung ikutan balapan dengan lari yang kencang.”
Simak Video Berikut Ini:
Penyebab utama Cedera
Andi menjelaskan penyebab utama cedera pada pelari adalah terlalu kencang (too fast), terlalu banyak (too much), terlalu mendadak (too soon), dan terlalu jauh (too far).
Seseorang yang tidak pernah olahraga lari kemudian tiba-tiba lari dengan jarak jauh, kecepatan tinggi, dan terlalu lama akan berdampak pada cedera. Selain itu, jenis lintasan pun berpengaruh, lintasan lari di aspal, rumput, dan trek lari memiliki perbedaan yang berpengaruh juga pada tingkat cedera.
“Risiko itu banyak sekali, jadi harus benar-benar dipertimbangkan manfaat dan dampak negatifnya.”
Ia berpesan, jika para pebalap lari liar memang hobi dan merasa memiliki bakat di bidang olahraga lari maka sebaiknya berlatih dengan benar. Persiapkan keadaan fisik dengan benar dan berlomba di lintasan yang benar.
“Jika hobi ya perlu dikembangkan dengan benar, jangan mengikuti lomba liar, pertimbangkan efek negatifnya.”
Advertisement