Liputan6.com, Jakarta Pola makan salah yang selama COVID-19 membuat daya tahan tubuh anak rendah. Kondisi ini menjadikan anak semakin rentan terpapar COVID-19.
Advertisement
"Makanan yang dikonsumsi selama pandemi COVID-19 bisa saja tinggi gula, garam, dan lemak Anda bisa bayangkan, seperti ini kalau keluarga tidak masak di rumah. Mereka (anggota keluarga di rumah) mendapat makanan-makanan yang praktis," terang ahli gizi Tan Shot Yen saat dialog virtual Dampak Pandemi COVID-19, Kamis (1/10/2020).
"Dan makanan kemasan dari toko sembako dan bantuan sosial. Anaknya juga ikut makan. Maka, Anda bisa bayangkan kualitas bayi, balita, dan anak serta remaja Indonesia seperti apa: daya tahan tubuh yang sangat buruk."
Ia melanjutkan pola makan yang salah berdampak pada anak menjadi kurus dan berisiko stunting.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Tidak Disusui dengan Benar
Tan juga menyoroti bayi dan balita yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena sang ibu positif COVID-19. Asupan nutrisi pun akan berkurang sehingga daya tahan tubuh bayi menurun.
"Air Susu Ibu ini mempunyai perlindungan yang terbaik. Seandainya ibunya termasuk orang tanpa gejala (OTG), ini akan menjadi suatu masalah besar--bisa saja tidak bisa memberikan ASI dulu," tambah Tan yang juga anggota Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA).
Apalagi klaster keluarga tengah marak terjadi. Bayi, balita, dan anak bisa tertular dari orang dewasa yang ikut mengasuh mereka di rumah.
Advertisement
Ibu Menyusui dengan Status COVID-19
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19--sekarang Satuan Tugas Penanganan COVID-19--sudah mengeluarkan Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi COVID-19.
Protokol ini disusun dengan mengacu pada referensi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi, yang diterbitkan pada April 2020.
Jika ibu menyusui dengan status terkonfirmasi positif COVID-19 atau didiagnosa sebagai PDP, maka dokter harus melakukan komunikasi risiko:
1. Ibu diberikan konseling tentang menyusui dan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi.
2. Ibu dijelaskan risiko utama yang dihadapi bayi menyusu adalah kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui percikan ludah (droplet).
3. Ibu dijelaskan bahwa nasihat klinis dapat berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Untuk ibu yang ingin tetap menyusui, tindakan pencegahan harus diambil untuk membatasi penyebaran virus ke bayi:
a. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan payudara
b. Mengenakan masker selama menyusui.
c. Membersihkan pompa ASI segera setelah penggunaan.
d. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang sehat untuk memberikan ASI.
e. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui dapatberlanjut setelah ibu dan bayi disatukan.
=
Infografis sejumlah gim yang dianggap berbahaya untuk anak-anak
Advertisement