Jubir WHO Soal Lockdown Bukan Cara Utama Tangani COVID-19: Tak Ada Perubahan Saran

WHO mengatakan bahwa mereka tak pernah mengubah saran terkait lockdown dalam mencegah penyebaran COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Okt 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2020, 19:00 WIB
Roma yang Bak Kota Hantu
Foto udara pagi pada 30 Maret 2020, jalan utama Piazza Venezia dan Via del Corso yang sepi selama penerapan penutupan nasional atau lockdown di Roma. Roma menjelma bak kota mati pasca pemerintah Italia memberlakukan aturan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona. (Elio CASTORIA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara World Health Organization (WHO) Margaret Harris meluruskan pernyataan terkait tak disarankannya lockdown atau karantina wilayah sebagai strategi utama menangani COVID-19.

Banyak pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh David Nabarro dari WHO itu tak sejalan dengan apa yang mereka sampaikan beberapa waktu lalu terkait pembatasan kegiatan.

Kepada siaran Channel Nine's Today, Harris mengatakan bahwa banyak "reportase yang keliru" oleh media-media di dunia terkait hal ini.

"Ini bukan backflip, ini bukan perubahan saran," kata Harris. "Apa yang terjadi adalah kesalahan reportase, di akhir pekan," ujarnya seperti dilansir dari News.com.au pada Senin (12/10/2020).

Ia menjelaskan bahwa lockdown pada dasarnya adalah karantina massal ketika pemerintah mencapai tahap di mana mereka memiliki transmisi besar yang terjadi dan tak jelas persis di mana rantai penularannya.

"Namun sejak awal, kami telah mengatakan bahwa apa yang benar-benar kami ingin lihat adalah pelacakan yang kuat, penelusuran, cuci tangan di dalam masyarakat, penggunaan masker, sehingga Anda tidak perlu masuk ke lockdown."

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Jangan Andalkan Lockdown

Warga AS Unjuk Rasa Tuntut 'Stay at Home' Dicabut
Pengunjuk rasa berdemonstrasi menentang penanganan Texas terhadap pandemi COVID-19 di Texas State Capitol di Austin, Texas, Sabtu (18/4/2020). Mereka menentang perintah tinggal di rumah yang ditujukan mencegah penyebaran COVID-19 dan berkumpul untuk memprotes peraturan lockdown. (AP/Eric Gay)

Pada kesempatan tersebut, ia menambahkan bahwa yang sebenarnya perlu dilakukan adalah "jangan hanya mengandalkan penutupan perbatasan atau karantina massal."

"Lakukan semua yang Anda bisa karena saat kami melihat kegagalan atau peningkatan kasus, orang-orang hanya berfokus pada satu hal dan di sinilah lockdown bisa menjadi masalah."

"Banyak negara harus melakukan lockdown, tetapi kami mengatakan, lakukan semua hal lain untuk menghindari itu karena dampak ekonomi dan sosial sangat tinggi," ia menambahkan seperti dikutip dari ABC News.

Dalam wawancaranya dengan Sydney Morning Herald dan The Age pada April lalu, Harris juga mengatakan bahwa WHO lebih menganjurkan pelacakan kontak.

"Kami tidak pernah meminta lockdown, kami mengatakan melacak, melacak, isolasi, rawat."

 

 

Konsekuensi Lockdown

Suasana Melbourne saat Pemberlakuan Lockdown
Jalan Swanston yang kosong pada malam hari di kawasan pusat bisnis Melbourne selama lockdown, Rabu (5/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mengekang penyebaran virus corona. (AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake)

Sebelumnya, kepada Spectator TV, Nabarro mengatakan bahwa satu-satunya dampak dari lockdown adalah kemiskinan. Ia mencontohkan dampak lockdown pada pariwisata di beberapa wilayah dunia seperti di Kepulauan Karibia dan Pasifik. Demikian pula dengan kondisi para petani yang sulit menjual hasil panennya.

"Lockdown hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh Anda remehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi semakin miskin," ujarnya.

Sehingga, ia mengatakan WHO tidak menganjurkan untuk melakukan lockdown sebagai cara utama pengendalian COVID-19.

"Satu-satunya yang kami yakini bahwa lockdown dapat dibenarkan untuk memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan yang kelelahan," katanya.

Infografis Mini Lockdown ala Jokowi.

Infografis Mini Lockdown ala Jokowi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Mini Lockdown ala Jokowi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya