Liputan6.com, Jakarta Semua orang berisiko untuk tertular COVID-19, namun banyak pakar yang mengatakan bahwa lansia memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gejala berat bahkan hingga kematian dari penyakit tersebut.
Dokter Czeresna Heriawan Soejono, spesialis penyakit dalam konsultan geriatri, Staf Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI mengatakan, gejala spesififk COVID-19 pada kelompok lansia seringkali tidak jelas.
Baca Juga
"Kalau kita kenal selama ini, gejala COVID-19 itu kan ada sakit tenggorokan, demam, batuk, kemudian kalau berat bisa sesak. Pada kelompok usia lanjut ini, sayangnya gejala-gejala ini tidak muncul," kata Soejono dalam siaran dialog dari Graha BNPB beberapa waktu lalu, ditulis Senin (19/10/2020).
Advertisement
"Gejala yang muncul adalah tiba-tiba nafsu makannya hilang, atau tiba-tiba dia mengalami perubahan perilaku, atau tiba-tiba kesadarannya berubah. Jadi gejalanya tidak khas," kata Soejono.
Pada kesempatan yang sama, dokter Adria Rusli, Ketua SMF Pulmonologi, Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta mengatakan hal senada dengan Soejono.
"Ini tidak khas sekali. Kadang-kadang saat infeksi pun leukositnya tidak tinggi, tiba-tiba nanti panas," kata Adria.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Lakukan Pemeriksaan Lengkap
"Pengalaman kami biasanya kami sudah bisa mengatasi virus SARS-CoV-2 ini, tetapi kadang-kadang infeksi sekundernya, pemberat lainnya itu muncul setelah dia negatif hasil PCR dari COVID-nya. Jadi memang ini butuh sekali perhatian," Adria melanjutkan.
Untuk itu, Adria mengatakan bahwa pasien COVID-19 lansia yang ia terima selalu mendapatkan pemeriksaan dasar serta untuk mengetahui faktor risikonya. Ini juga yang dilakukan oleh Eva Rista Machdalena, Perawat Bagian Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Eva mengatakan, pasien lansia biasanya akan dipilah mana yang bergejala dan mana yang tidak menunjukkan gejala COVID-19. Hal ini karena bukan tidak mungkin mereka termasuk dalam kategori orang tanpa gejala.
"Tetap kita lakukan pemeriksaan dasar sekaligus rontgen. Bila mengarah ke arah COVID-19, baru kita swab. Jadi pasien lansia diharapkan sebelum masuk ke ruang rawat, itu dilakukan swab. Setelah hasil laboratorium atau rontgen ada, mengarah ke COVID, kita antarkan mereka ke UGD," kata Eva.
Eva menyebut, banyak pasien COVID-19 lansia yang gejalanya tidak jelas. "Tiba-tiba penurunan kesadaran, kita kan tidak tahu apakah dia hiponatremia atau hipokalemia disebabkan oleh COVID tadi, atau pun gula darahnya meningkat. Itu juga belum jelas."
"Jadi kita lihat dari hasil pemeriksaan sekaligus rontgen tadi. Setelah hasil rontgen mencurigakan, baru kita CT Scan pasien itu," kata Eva menjelaskan. Ia menambahkan, pasien baru bisa dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil tes usap atau swab PCR.
Advertisement