Liputan6.com, Jakarta Keluarga adalah lingkungan pertama tempat menanamkan pemahaman tentang kesehatan jiwa. Di samping itu, keluarga juga berperan dalam membentuk kekuatan jiwa para anggotanya.
Seperti disampaikan psikolog dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Surabaya, Naftalia Kusumawardhani, S.Psi, M.si. Sebelum menjadi agen perubahan di lingkungan masyarakat dalam hal kesehatan jiwa, maka perlu memperkuat keluarga sendiri dulu.
Baca Juga
āKeluarga tidak utuh ya tidak apa-apa, yang penting kan kuat. Utuh atau tidak utuh kita bukan bicara tentang bagus atau tidak, tapi keluarga itu kuat ikatannya secara psikologis,ā ujar Naftalia dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) ditulis pada Selasa (27/10/2020).
Advertisement
Dalam memperkuat pemahaman dan pengembangan kesehatan jiwa dalam keluarga, setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan yakni hubungan antar keluarga, nilai dan keyakinan, kehidupan religius, dan cara mendidik.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah hubungan antar keluarga. Ikatan orangtua dan anak yang kuat akan turut mempermudah dalam menanamkan pemahaman kesehatan jiwa.
āTidak mungkin dalam keluarga itu rukun terus, pasti ada perbedaan. Tapi apa perbedaan itu bisa diselesaikan atau tidak?ā
Kedua adalah nilai dan keyakinan dalam keluarga yang perlu diperkuat. Misal, orangtua mengajarkan bahwa mencuri itu tidak boleh baik mengambil uang orang lain ataupun uang orangtua secara diam-diam.
āMengambil uang orang lain tidak boleh tapi mencuri uang orangtua diperbolehkan, nah ini tidak jelas jadi harus diperkuat. Kalau tidak kuat, anak juga tidak punya kejelasan sikap di lingkungan.ā
Simak Video Berikut Ini:
Kehidupan Religius
Hal ketiga adalah kehidupan religius atau spiritualitas. Dalam aspek ini, anggota keluarga dapat memahami dan menyadari kebermaknaan masing-masing anggota di alam semesta ini.
āJuga menyadari peranan pencipta kita di dalam kehidupan kita. Religius rajin ke gereja tapi rajin juga memaki anak, itu tidak benar.ā
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah cara mendidik anak. Menurut Naftalia, cara mendidik yang baik dapat menumbuhkan anak yang baik pula.
āCara mendidik anak yang keras dan suka memukul perlu dihindari.ā
Ia menambahkan, dalam mendidik anak, memukul sebenarnya boleh dalam kondisi tertentu. Sebelum memukul, cara, alat, dan kondisi emosi adalah tiga hal yang harus dipertimbangkan.
Advertisement