Liputan6.com, Jakarta Penggunaan antibiotik pada manusia tidak boleh digunakan sembarangan, termasuk untuk mengobati penyakit akibat virus. Hal ini demi mencegah adanya bakteri yang resisten terhadap antimikroba.
Dokter spesialis anak Purnamawati Sujud dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP) mengatakan, secara umum antibiotik bisa diartikan sebagai obat yang bersifat mematikan suatu makhluk hidup.
Baca Juga
"Makhluk hidup yang bisa dibunuh oleh antibiotik bukan virus, karena virus tidak dipertimbangkan sebagai makhluk hidup," kata Purnamawati dalam sebuah temu media virtual pada Rabu (18/11/2020).
Advertisement
Ia menjelaskan bahwa makhluk hidup harus bisa berkembang biak secara mandiri.
Secara garis besar, penyakit infeksi umumnya akan disertai keluhan seperti tidak enak badan, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri pada tulang, rasa tidak enak pada tenggorokan, sumeng, hingga suhu tubuh meningkat.
"Sekarang kita lihat, infeksinya virus atau bakteri," kata Purnamawati.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Penyakit Harian yang Tak Butuh Antibiotik
Purnamawati sendiri memberikan contoh beberapa daftar penyakit harian yang tidak membutuhkan antibiotik karena disebabkan oleh virus.
"Yang pertama adalah batuk pilek atau selesma, lalu yang kedua flu," kata Purnamawati. Adapun, selesma dan flu adalah penyakit yang berbeda meski gejalanya mirip.
"Yang ketiga, diare tanpa darah. Kalau misalnya kita diare, kita lihat pertama kali adalah tanpa darah, berarti kemungkinan virus kemungkinan sembuh sendiri. Diberi oralit biar tidak dehidrasi tetapi tidak butuh antibiotik."
Maka dari itu, anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang kunci penting dalam penegakkan diagnosis. Purnamawati mengatakan, dari diagnosis tersebutlah dokter dapat memutuskan apakah suatu penyakit membutuhkan antibiotik atau tidak.
"Begitu diagnosisnya tegak bahwa itu infeksi dengan bakteri yang bisa diatasi oleh tubuh, baru harus masuk antibiotik."
Advertisement