Liputan6.com, Jakarta - Masalah psikis pasien di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet biasanya terjadi karena penyesuaian lingkungan perawatan. Bila biasanya berada di rumah, harus menyesuaikan diri di tempat baru. Hal ini dapat memicu gangguan kecemasan dan perubahan kondisi suasana hati seperti disampaikan Tim Psikolog RS Darurat Wisma Atlet, Desi Wulansari.
Perubahan aktivitas signifikan dirasakan oleh pasien COVID-19 yang terbiasa bekerja setiap hari. Mereka merubah aktvitas itu dengan beristirahat tanpa kegiatan berat.
Baca Juga
Makan Tempe dan Kurma Bisa Naikkan Kadar Asam Urat? Simak Penjelasan Dokter Zaidul Akbar
Tolong Jangan Tinggalkan Dzikir Pendek Ini setelah Sholat Fardhu meski sedang Buru-Buru, Fadhilahnya Dahsyat Kata UAH
8 Kali Pemuncak Klasemen Liga Inggris di Natal Gagal Rebut Gelar Juara, Liverpool Paling Sering
Selain itu, perubahan lingkungan tempat tinggal ikut mempengaruhi kondisi psikis pasien. Ketika di rumah sakit mereka harus berada di dalam satu ruangan dengan orang asing. Kondisi ini dapat memicu kecemasan dan suasanan hati depresif pada pasien.
Advertisement
Kecemasan itu juga datang dari ketidaktahuan mereka mengenai penyakit yang sedang diidapnya, atau selalu memikirkan kapan dapat kembali ke rumah. Lalu, apabila untuk kasus positif satu keluarga, perasaan cemas muncul ketika keluarga yang lain telah sembuh dan diperbolehkan kembali ke rumah sedangkan yang lainnya belum.
Namun, pada kasus yang cukup berat pasien harus mendapatkan penganan khusus dari tenaga psikolog. Penanganan oleh psikolog ini juga beragam bentuknya, ada yang membutuhkan bantuan dari awal masuk hingga keluar dari RS namun ada juga yang hanya memerlukan satu atau dua kali konseling.
“Untuk kasus yang cukup berat, kita harus mendampingi dari awal masuk Wisma Atlet hingga pulang. Tetapi, ada juga pasien yang memerlukan satu atau dua kali konseling saja sudah cukup,” kata Desi.
Simak Juga Video Berikut Ini:
Senam Rutin
Salah satu cara penyegaran yang juga mendukung kesehatan mental dengan ada kegiatan senam rutin.
“Ketika pasien kehilangan semangat, otomatis mereka tidak mau beraktivitas, hanya di kamar, akhirnya merasa sendirian. Tetapi ketika diisi dengan kegiatan olahraga senam bersama, meskipun mereka sakit, mereka akan merasa memiliki teman, memiliki support," katanya.
Namun, ketika bertemu pasien-pasien lain yang mampu berolahraga hal tersebut memicu semangat baru. Layanan psikologis di Wisma Atlet sendiri, sudah dihadirkan lima tenaga psikolog khusus untuk menangani dokter, perawat, maupun pasien COVID-19 yang membutuhkan.
Penulis: Rissa Sugiarti
Advertisement