Liputan6.com, Tangerang - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo berpesan bagi tenaga pendidik yang punya penyakit penyerta (komorbid), tak boleh belajar tatap muka dulu. Dalam hal ini, tidak bertemu langsung secara tatap muka dengan para siswa.
"Penting sekali bagi para peserta didik, termasuk pengasuh (tenaga pendidik) diketahui status kesehatannya," pesan Doni saat meninjau persiapan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), Curug, Kabupaten Tangerang pada Sabtu, 6 Maret 2021.
"Saya sarankan apabila ada pengasuh yang memiliki risiko tinggi, punya komorbid sebaiknya tidak boleh melakukan pertemuan fisik dengan para siswa."
Advertisement
Tenaga pendidik yang memiliki risiko tinggi dengan komorbid mudah tertular virus Corona. Hal ini bisa berakibat fatal, terlebih lagi bila tertular COVID-19 dari para peserta didik berusia muda yang sudah terinfeksi sebelumnya, namun masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) dipersiapkan membuka belajar tatap muka karena sekolah kejuruan memiliki perbandingan kegiatan praktik lebih besar dibandingkan kegiatan teori. Walau begitu, implementasi protokol kesehatan dilakukan secara konsisten dan tidak kendor.
"Yang paling penting adalah konsistensi. Kalau konsep tadi (protokol kesehatan) bisa dilaksanakan secara optimal dan konsisten, Saya yakin tidak akan ada yang terpapar virus Corona," tegas Doni Monardo.
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Penerapan Protokol Kesehatan dalam Belajar Tatap Muka
Rencana belajar tatap muka di STPI, menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, akan dimulai pada pekan depan dengan porsi 30 persen masuk kelas dan 70 persen lagi menggunakan media daring.
Kegiatan belajar tatap muka juga hanya dikhususkan bagi kelas praktik saja dan mengharuskan kehadiran peserta didik. Persiapan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dari wajib masker, mencuci tangan, dan periksa suhu badan sebelum masuk ruangan, wajib swab antigen sampai konsep makan para peserta menggunakan sistem blok (block system), yang mana para siswa tidak mengonsumsi makanan dalam satu meja dan saling membelakangi.
Melihat praktik simulasi penerapan protokol kesehatan ketat, Doni Monardo merasa optimis. Ia tetap berpesan agar apa yang telah dilaksakanan dengan baik terkait pencegahan penularan virus Corona tidak menjadi sia-sia.
"Kalau kita konsisten, disiplin, dan bisa kompak bersama-sama. Maka insha Allah, bangsa kita akan bisa mengendalikan COVID-19 dengan baik. Selamat mengikuti kegiatan belajar tatap muka, semoga Allah SWT melindungi kita semua," imbuhnya sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Advertisement