Liputan6.com, Jakarta - Mutasi virus Corona N439K terbilang smart (pintar), Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menyebut, virus ini bisa menghindari antibodi orang yang sembuh dari COVID-19. Dalam hal ini, menghindari antibodi alami yang terbentuk dari orang sembuh COVID-19.
Kehadiran mutasi virus Corona N439K, yang pertama kali terdeteksi di Skotlandia, Inggris pada Maret 2020 menjadi salah satu catatan penting IDI. Terlebih lagi mutasi tersebut sudah menyebar lebih dari 30 negara di dunia.
Advertisement
Â
Advertisement
"Kecepatan mutasi virus Corona cepat banget. Kita tahu yang varian B117 dari Inggris dan P1 Brasil. Ada juga yang lebih smart lagi penularannya, yaitu N439K," papar Daeng di Kantor Sekretariat PB IDI, Jakarta, ditulis Minggu, 14 Maret 2021.
"Ini juga ditemukan di Inggris. Menurut jurnal internasional, mutasi N439K mengikat reseptor lebih kuat lagi. Yang kita khawatirkan juga, mutasi ini menghindari antibodi orang yag sudah sembuh COVID-19."
Informasi jurnal Thomson et al., 2021, mutasi virus Corona N439K semakin smart dengan mengikat reseptor ACE2--enzim protein yang ada dalam tubuh--lebih kuat. Kemampuan N439K dapat menghindar dari identifikasi polyclonal antibody dari orang yang pernah terinfeksi COVID-19.
"Orang yang sembuh COVID-19 kan memilik antibodi alami. Nah, N439K ini masih bisa menghindari antibodi. Saat ini, sudah tersebar lebih di 30 negara," terang Daeng.
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Mutasi Virus Corona N439K Menghindari Imunitas dari Antibodi
Mutasi N439K pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020. Sejak saat itu, garis keturunan kedua (B.1.258) ini muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya. Pada Januari 2021, terdeteksi di lebih dari 30 negara dunia.
Studi sel melaporkan struktur kristal sinar-X dari N439K RBD. Analisis menunjukkan, mutasi ini memperkenalkan interaksi tambahan antara virus dan reseptor ACE2.
"Perubahan asam amino tunggal (asparagin menjadi lisin) memungkinkan pembentukan titik kontak baru dengan reseptor ACE2, sejalan dengan peningkatan dua kali lipat dalam pengikatan," jelas Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology Gyorgy Snell pada 28 Januari 2021, sebagaimana dikutip EurekAlert!.
"Oleh karena itu, mutasi meningkatkan interaksi reseptor virus ACE2 an menghindari imunitas yang dibentuk antibodi."
Mutasi N439K tidak mengubah replikasi virus, melainkan memungkinkan penghindaran imunitas oleh antibodi pasien yang sudah pulih dari COVID-19.
"Virus berkembang di berbagai bidang untuk mencoba menghindari respons antibodi," lanjut Snell.
Ia mencatat, salah satu tantangan mempelajari varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 adalah jumlah terbatas pengurutan yang saat ini dilakukan secara keseluruhan. Lebih dari 90 juta kasus COVID-19 telah dicatat, hanya sekitar 350.000 varian virus yang telah diurutkan.
"Itu hanya 0,4 persen - hanya puncak gunung es," pungkasnya. "Ini menggarisbawahi kebutuhan untuk pengawasan yang luas, pemahaman rinci tentang mekanisme molekuler dari mutasi. Dan untuk pengembangan terapi terhadap resistensi varian yang beredar saat ini dan yang akan muncul di masa depan."
Advertisement