Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dr Reisa Broto Asmoro menyarankan agar individu yang sudah mempunyai jadwal untuk mendapat vaksinasi mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapan tersebut penting dilakukan agar vaksinasi berjalan lancar, aman, dan berdampak maksimal.
Tahap kedua Program Vaksinasi COVID-19 yang berlangsung sejak Februari hingga Maret 2021 ini menargetkan masyarakat lanjut usia (lansia) dan pelayan publik sebagai penerima vaksin.
Baca Juga
“Vaksin dapat menyelamatkan nyawa. Vaksin selama ini telah terbukti dapat melindungikita dari berbagai penyakit menular. Dan vaksin Covid-19 yang digunakan pada masadarurat Pandemi ini efektif mengurangi resiko infeksi berat dan fatal dari covid-19. Jadi,persiapkan diri sebaik mungkin untuk mendapatkan dampak yang optimal, yakni terciptakekebalan tubuh semaksimal mungkin,” kata Reisa, mengutip keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.
Advertisement
Saat ini, sudah sekitar 6 juta masyarakat Indonesia yang menerima vaksin dosis pertamadan sekitar 2,5 juta orang yang sudah menerima vaksin dosis ke-2. Namun, sayangnya, laporan Kementerian Kesehatan RI per 21 Maret 2021, menunjukkan masih ada beberapa orang yang sudah terdaftar harus tertunda proses vaksinasi dikarenakan kondisi kesehatan yang belum memenuhi syarat untuk menerima vaksin.
Maka dari itu, Reisa menyarankan tips persiapan “TIGA, SEBELUM TIGA” untukmereka yang akan vaksinasi COVID-19.
“Praktikkan tiga langkah persiapan, sebelum mendapatkan tiga manfaat vaksinasi,” ujar Reisa.
Simak Juga Video Berikut Ini
Pertama, Lakukan Pendaftaran dan Pastikan Apabila Nama Sudah Terdaftar.
Calon penerima vaksin yang merupakan sasaran vaksinasi pada periode ini sudahterdaftar di dalam Sistem Satu Data Vaksinasi yang dikembangkan pemerintah. Padadasarnya akan mendapat giliran untuk divaksin di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, berkat inisiatif kerja sama yang erat oleh berbagai komponen masyarakat, beberapa pos vaksinasi didirikan di berbagai kota besar dan membuka pendaftaran daring atau kolektif. Silakan melakukan pendaftaran dengan cara yang tepat sesuai pentunjuk panitia penyelenggara sebelum datang ke tempat vaksinasi.
“Hindari datang langsung tanpa perjanjian karena akan membuka peluang antrian panjang dan kerumunan yang akan merugikan semua pihak,” tegas Reisa, yang tetap menekankan bahwa 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Menjauhi Kerumunan, serta Mencuci Tangan) juga harus diterapkan di pos vaksinasi.
Advertisement
Kedua, Periksa Kesehatan dan Pastikan Konfisi Fit Sebelum Divaksinasi.
Bagi calon penerima vaksin baik yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, ataupun yang selama ini belum mengetahui kondisi kesehatannya seperti apa, disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan meminta rekomendasi dokter sebelum menerima vaksin COVID-19.
“Pastikan suhu tubuh kita normal, di bawah 37,3 derajat celcius dan tekanan darah di bawah 180 per 110,” ujar Reisa.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sejak Februari 2021 jugatelah menyatakan bahwa penderita hipertensi atau darah tinggi dapat divaksinasi apabila tekanan darahnya dalam kondisi terkontrol dan dibawah 180/110 MmHg pada saat dilakukan vaksinasi. Begitu juga dengan penderita Diabetes, mereka dapat divaksinasi sepanjang kondisi kadar gulanya terkontrol dan tidak sedang mengalami gangguan akut.
Penyintas kanker dapat tetap diberikan vaksin dengan syarat sudah tidak menjalani terapi imunosupresi. Sedangkan penyintas COVID-19 dapat divaksinasi jika sudah lebih dari tiga bulan pasca sembuh.
“Dan kabar baik lainnya, ibu menyusui saat ini juga sudah diketahui dapat diberikan vaksinasi,” ujar Reisa. Beberapa ahli bahkan menduga imunitas yang didapat ibu menyusui dapat ditemukan pada bayinya.
Untuk menghindari tekanan darah tinggi pada saat skrining pemeriksaan kesehatan, Reisa menyarankan agar calon penerima vaksin beristirahat atau tidur dengan cukup, menjalani gaya hidup sehat, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, berolahragadengan rutin sesuai kapasitas tubuh masing-masing dan jauhi kondisi yang dapatmenimbulkan stress berat.
Bagi masyarakat yang masih dalam pengobatan atau terapi, dr. Reisa menganjurkanuntuk tetap melanjutkan konsumsi obat-obatan yang disarankan dokter dan tidak perludihentikan karena hendak vaksinasi COVID-19.
“Berbahagialah dan bersyukurlah karena negara kita telah memulai program vaksinasisehingga dapat terlindungi lebih cepat,” terang Reisa, menjelaskan bahwa baru hanyabeberapa puluh negara yang memulai vaksinasi dari seluruh 200 lebih negara yang adadi dunia.
“Mendapatkan kesempatan divaksin adalah rezeki yang berkah. Ekspresikanrasa senang dan suka cita kita dan tidak perlu cemas saat akan divaksin. Prosesnyacepat dan tidak terasa sakit.”
Reisa menyarankan agar calon penerima vaksin memakai baju yang lengannyadapat dilipat dengan mudah atau baju berlengan pendek. Untuk perempuan, posvaksinasi akan menyiapkan ruang tertutup, terutama bagi mereka yang berhijab.
“Oh ya, boleh loh pasang foto selfie atau pose kita senang setelah divaksin. Sebarkankabar gembira itu bagus, namun sertifikat vaksinasi tidak perlu di-posting ya. Cukup untukarsip data kesehatan kita saja,” ucap Reisa, mengingatkan bahwa di dalam sertifikatitu ada QR Code yang menyimpan data pribadi.
Ketiga, Pelajari Rangkaian Proses Vaksinasi
Juru Bicara Satgas yang juga Jubir Pemerintah untuk Vaksinasi Covid-19 Tingkat Pusattersebut juga menyarankan agar para calon penerima mempelajari pertanyaanpertanyaan yang merupakan bagian skrining atau penyaringan peserta vaksinasi.
Menurut Surat Edaran Ditjen P2P bertanggal 18 Februari 2021, setidaknya ada 14pertanyaan yang harus bisa dijawab calon penerima vaksin di meja penyaringan.
Petunjuk teknis vaksinasi covid-19 menyatakan bahwa setiap pos vaksinasi setidaknyamemiliki satu rangkaian proses dengan empat meja. Meja No.1 adalah registrasi atauverifikasi pendaftaran, Meja 2 adalah penyaringan dengan anamnesa dan pemeriksaan kesehatan, Meja 3 adalah tempat dilakukannya vaksinasi, dan Meja 4 adalah meja registrasi setelah penyuntikan yang disertai adanya ruang tunggu untuk dilakukannya masa observasi minimal 30 menit.
“Keempat meja ini melambangkan proses yang komprehensif. Oleh karena itu tidak bisasaling dipsahkan. Ikuti semuanya dengan persiapan yang baik dan patuhi saran petugas,” ujar Reisa.
Selama menunggu, pelajari semua tentang dampak ringan yang umum terjadi pascavaksinasi. Kemudian setelah menerima surat bukti sudah divaksinasi, buat agenda di kalender untuk kembali mendapatkan dosis kedua.
“Dan tetaplah beraktivitas seperti biasa. Vaksinasi seharusnya membuat makin produktif, bukan sebaliknya,” katanya.
Sekali lagi, Reisa mengingatkan bahwa vaksin telah terbukti menjadi penyelamat manusia dari berbagai macam jenis penyakit menular, bahkan dapat menghilangkan beberapa penyakit. Beberapa contoh penyakit yang tidak ada lagi di Indonesia karena kesuksesan vaksinasi adalah polio dan cacar varicella.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Reisa menggarisbawahi bahwa ketiga persiapan di atas dapat membuka peluang penerima vaksin menikmati tiga dampak positif vaksin. Pertama, kekebalan tubuh penerima vaksin akan terbangun sehingga siap menghadapi serangan COVID-19 apabila sampai terpapar. Hasil uji klinis beberapa merk vaksin yang sudah disetujui Badan Kesehatan Dunia WHO dan Badan PPM menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 dapat melindungi dari dampak fatal atau kondisi kritis saat terkena virus SARS CoV-2, penyebab COVID-19. Namun Reisa mengingatkan bahwa pertahanan melawan COVID-19 bukan hanya vaksin, namun pencegahan lain seperti 3M dan patuh protokol kesehatan tetap harus disiplin sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru.
“Jangan lengah. Kita sudah melewati bulan ke-12 pandemi. Pastikan saat ini kita sudahterbiasa menjalani pola hidup baru— yakni adaptasi kebiasaan baru dengan pola hidupyang bersih dan sehat, pola hidup produktif yang aman COVID-19,” lanjutnya.
Kedua, beban tenaga medis akan turun dan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit akan meningkat drastis. Beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat, yang telah memvaksinasi jutaan penduduk mereka menunjukkan penurunan drastis di angka kematian (case fatality rate) dan tingkat huni ruang gawat darurat (intensive careunit/ICU) atau yang disebut bed occupancy ratio. Laporan terkini Kemenkes RI dan Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa ketersediaan tempat tidur RS sekarang rata-rata sudah di bawah 60 persen, sesuai rekomendasi WHO.
Ketiga, upaya memutus pandemi bersama-sama akan semakin terasa. Reisa mengingatkan bahwa penemuan vaksin COVID-19 adalah yang tercepat dalam sejarah teknologi kesehatan dan merupakan kerja keras ilmuwan, produsen vaksin, investor dan filantropis, serta komitmen pemerintahan untuk segera mengakhiri pandemi.
“Pastikan kita siap divaksin saat giliran kita tiba. Dan ingat, vaksin yang terbaik adalah yang tersedia saat ini. Yang penting bukan merk vaksin, tapi manfaatnya yang utama. Yuk gotong-royong, sukseskan vaksinasi COVID-19. Lindungi diri, lindung negeri,” katanya.
Advertisement