Bukan Cuma COVID-19, Menristek Sebut Kemandirian Vaksin untuk Penyakit Lain Juga Penting

Menristek Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa ketika memulai Vaksin Merah Putih, RI belum berpengalaman untuk membuat vaksin dari awal hingga akhir

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Apr 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2021, 14:00 WIB
RAKER MENRISTEK DENGAN KOMISI VII DPR
Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/3/2021). Rapat kerja tersebut membahas tentang progres kelembagaan BRIN sesuai amanat UU nomor 11 Tahun 2019 tentang Sisnas Iptek. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa kemandirian vaksin untuk berbagai penyakit termasuk COVID-19, adalah hal yang penting.

Bambang mengatakan bahwa saat ini memang sudah ada vaksin COVID-19 yang diproduksi dan didistribusikan oleh beberapa produsen dari luar negeri seperti Pfizer, AstraZeneca, Sinovac, dan Gamaleya.

"Indonesia sebagai dengan negara berpenduduk 270 juta dan kita juga punya berbagai penyakit menular lain, selain COVID-19, terutama karena kondisi kita sebagai negara tropis.  Mau tidak mau kemandirian soal vaksin apapun, termasuk COVID-19 menjadi penting," ujarnya.

Dalam sambutannya di Workshop Pengawalan Vaksin Merah Putih, Menristek yang hadir secara daring mengungkapkan bahwa di awal pengembangan Vaksin Merah Putih, Indonesia dinilai masih minim pengalaman.

"Harus diakui kita belum punya punya pengalaman membuat vaksin dari nol sampai akhirnya dicari bibit vaksinnya, kemudian dikembangkan di manufaktur, sampai siap untuk dilakukan vaksinasi," kata Bambang pada Selasa (13/4/2021).

"Kita belum punya pengalaman dari awal sampai akhir tersebut," kata Menristek Bambang dalam kegiatan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan yang disiarkan dari Hotel Four Season, Jakarta.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Vaksin Merah Putih

Berdasarkan pengalaman selama ini, penelitian untuk vaksin baru dilakukan di hulu. Ia mencontohkan, beberapa bibit vaksin seperti untuk hepatitis B, demam berdarah, atau malaria, belum pernah dibawa ke manufaktur.

"Dalam hal ini misalnya Bio Farma. Sehingga Bio Farma sendiri pengalamannya lebih banyak kepada mengolah bulk vaksin untuk misalkan program imunisasi nasional, untuk dibuat vaksin yang nanti siap diberikan kepada para penerima," kata Bambang.

Hal itulah yang membuat Kemenristek/BRIN berupaya agar Indonesia bisa melahirkan vaksin COVID-19 yang diberi nama Vaksin Merah Putih.

"Definisi dari Vaksin Merah Putih di sini adalah pengembangan bibit vaksin yang menggunakan isolat virus yang beredar di Indonesia, dan nantinya dilakukan oleh para peneliti Indonesia, dan produksinya dilakukan juga oleh Indonesia," kata Bambang.

Sejauh ini, ada enam institusi yang telah terlibat dalam pengembangan Vaksin Merah Putih. Mereka adalah: Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, dan Institut Teknologi Bandung.

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya