ITAGI Imbau Orangtua Tak Perlu Khawatir Soal Efek Samping Vaksin Usai Imunisasi Anak

Dokter dari ITAGI mengatakan bahwa dari 22 juta anak yang diimunisasi, efek samping akibat langsung dari vaksin jarang terjadi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Apr 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2021, 06:00 WIB
Imunisasi Anak
Dokter dengan Alat Pelindung Diri memberikan vaksin radang otak pada anak di Rumah Vaksinasi Sawangan, Depok, Selasa (16/6/2020). Orang tua diminta tidak menunda pemberian imunisasi pada anak-anak yang masih harus menerima imunisasi lengkap di tengah pandemi Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta  Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengimbau agar orangtua tak perlu terlalu khawatir mengenai efek samping pada anak usai mendapatkan imunisasi wajib.

Profesor Soedjatmiko, dokter spesialis anak yang juga aktif di ITAGI mengatakan bahwa apabila anak mengalami keluhan usai divaksinasi, orangtua diimbau melapor ke tempat ia diimunisasi.

"Nanti petugas akan membuat catatan, laporan ke dinas kesehatan untuk di-assess, anaknya diperiksa, dicatat data vaksinnya, kapan mulai keluhannya, keluhan apa saja, untuk dipastikan apakah itu karena vaksin atau karena hal lain," kata Soedjatmiko.

Dalam sebuah dialog virtual beberapa waktu, ditulis Senin (26/4/2021), Soedjatmiko mengatakan bahwa sebagian besar laporan keluhan dari masyarakat yang dilaporkan usai vaksinasi, ternyata bukan karena vaksin namun kebetulan terjadi setelah imunisasi.

"Jadi misalnya dua hari sebelum diimunisasi sudah kemasukan virus campak, kemudian hari ini diimunisasi, besoknya timbul gejala campak, misalnya demam tinggi seolah-olah disebabkan vaksin. Padahal sebelumnya virusnya sudah masuk," ujarnya.

"Atau kemarinnya dia makan cabai, hari ini diimunisasi kemudian sore diare. Tidak ada hubungannya dengan vaksin kemudian dihubung-hubungkan," kata Soedjatmiko.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Jika Benar karena Vaksin

Imunisasi Campak Anak Sekolah Dasar
Seorang siswa kelas I mendapatkan imunisasi campak saat pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN Serua 3, Ciputat, Tangsel, Selasa (1/9/2020). Kegiatan itu untuk memberikan kekebalan terhadap siswa dari penyakit campak, difteri dan tetanus. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Apabila benar keluhan yang dialami anak memang disebabkan oleh vaksin, Soedjatmiko mengatakan bahwa pemeriksaan lanjutan akan dilakukan.

"Tergantung jenis vaksinnya apa, nanti akan ditentukan oleh dokternya. Apakah ini ditunda jaraknya atau tidak usah dilanjutkan lagi dan sebagainya," kata Soedjatmiko.

Soedjatmiko pun menegaskan, jika orangtua menemukan anaknya mengalami keluhan usai imunisasi, segeralah melaporkannya ke tenaga kesehatan yang memberikan vaksinasi, untuk segera dibawa ke dinas kesehatan dan Komda KIPI.

"Itu jarang sekali kejadian. Satu tahun sekitar 22 juta lebih yang diimunisasi, mungkin lebih dengan anak usia sekolah, tapi jarang kejadian," kata Soedjatmiko.

Menurutnya, berita-berita yang beredar di masyarakat tentang efek samping akibat vaksinasi juga seringkali disebabkan ketidaktahuan masyarakat. Ia menyebut bahwa sebagian besar laporan keluhan tidak terkait dengan imunisasi.

"Jadi ibaratnya seperti kita makan cabai, ada yang kepedasan, ada yang diare, ada yang tidak apa-apa. Naik motor ada yang tabrakan tapi sebagian besar kan tidak apa-apa," katanya memberikan perumpamaan.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya