Varian B117, B1617, dan B1351 COVID-19 Masuk Indonesia, Apa Masing-Masing Bahayanya?

Menurut, Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, munculnya varian-varian ini menjadi salah satu alasan terjadinya lonjakan kasus di beberapa negara.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Mei 2021, 22:57 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 14:30 WIB
Siti Nadia Tarmidzi
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

Liputan6.com, Jakarta - Varian COVID-19 B117, B1617 dan B1351 sudah ditemukan di Indonesia. Menurut, Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, munculnya varian-varian baru ini menjadi salah satu alasan terjadinya lonjakan kasus di beberapa negara.

“Selain karena mobilitas tinggi, lonjakan kasus juga disebabkan munculnya varian baru B117 asal Inggris, B1617 India, dan B1351 Afrika Selatan,” ujar Nadia dalam konferensi pers daring, Selasa (4/5/2021).

Ia menambahkan varian yang tergolong dalam Variant of Concern (VOC) atau varian yang diwaspadai ada tiga jenis yakni B117, B1351, dan P1. Di mana varian B117 diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36 sampai lebih dari 70 persen dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya.

“Kita tahu bahwa varian B117 ini adalah yang saat ini paling banyak dilaporkan oleh berbagai negara. Namun, di India varian B1617 justru yang paling mendominasi dibandingkan varian B117. Varian yang juga disebut mutasi ganda ini sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia,” kata Nadia.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menggolongkan B117 dan B1351 sebagai VOC atau yang harus sangat diwaspadai. Alasannya, varian-varian ini memiliki beberapa karakteristik terutama bisa menyebabkan penularan yang lebih cepat (super spreader) dan dapat memengaruhi tingkat keparahan penyakit.

“Jadi seseorang yang terinfeksi dari gejala ringan kemudian dalam waktu singkat menjadi berat bahkan berujung pada kematian. Sementara kalau untuk B1617, sampai saat ini masih digolongkan sebagai Variant of Interest (VOI) jadi bukan VOC,” kata Nadia.

Varian COVID-19 yang tergolong VOI sejauh ini ada 6 hingga 7 varian, lanjut Nadia. Di mana VOI berarti memiliki potensi memengaruhi sifat penularan, kepekaan alat tes, keparahan gejala, hingga kemampuan virus menghindari sistem imunitas. Namun, masih sedikit bukti terkait potensi tersebut.

Simak Video Berikut Ini

Menurunkan Efektivitas Vaksin?

Berbeda dengan B1617, varian B117 dan B1351 termasuk VOC karena sudah terbukti lebih menular. Misal, B117 sudah dikenal sebagai virus yang menyebabkan lonjakan kasus di negara-negara Eropa.

“Sementara B1351 itu diduga menyebabkan penurunan efektivitas daripada vaksin di Afrika Selatan. Untuk itu, sekarang kita mengupayakan agar vaksinasi di Indonesia bisa lebih dulu dilakukan ketimbang mutasi virus yang mungkin terjadi.”

Bahkan, seorang pasien yang terpapar COVID-19 varian B1351 atau dikenal dengan nama South African Variant sudah dinyatakan meninggal dunia pada 16 Februari 2021. Sebelumnya, pasien tersebut diambil spesimennya pada 25 Januari 2021.

Langkah-langkah Pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus akibat varian-varian ini adalah mengedukasi, menegakkan aturan protokol kesehatan, dan mempercepat vaksinasi, tutup Nadia.

Infografis Varian B117 COVID-19 Seperti di India Sudah Masuk Indonesia

Infografis Varian B117 Covid-19 Seperti di India Sudah Masuk Indonesia
Infografis Varian B117 Covid-19 Seperti di India Sudah Masuk Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya