Viral Video COD Jadi Masalah, Ini yang Harus Diperhatikan E-Commerce dan Pembeli

Kasus beberapa kurir yang dimaki bahkan diancam dengan sebilah senjata tajam viral di media sosial. Kasus ini dipicu kekecewaan pembeli terhadap barang yang dipesan melalui e-commerce dengan cara cash on delivery (COD) atau bayar di tempat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Mei 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi Belanja Daring
Ilustrasi Belanja Daring Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Metode pembayaran cash on delivery (COD) atau bayar di tempat akhir-akhir ini menjadi perbincangan di Indonesia. Pasalnya, metode pembayaran ini dapat memicu terjadinya pertengkaran antara pembeli barang dari e-commerce dengan kurir.

Beberapa video kurir yang dimaki bahkan diancam dengan sebilah senjata tajam viral di media sosial. Masalah timbul akibat kekecewaan pembeli terhadap barang yang dipesan dan tidak ingin membayar padahal paket sudah dibuka. Di sisi lain, kurir tidak memiliki tanggung jawab apapun selain mengantar barang dengan selamat dan menerima uang dari pembeli. 

Menanggapi masalah ini, psikolog Oktina Burlianti berpendapat bahwa kedua belah pihak yakni e-commerce dan pembeli perlu melakukan perbaikan.

Menurutnya, e-commerce harus memahami bahwa Indonesia sangat luas dengan penduduk yang beragam. Sementara, e-commerce dengan sistem pembayaran COD termasuk teknologi digital yang terbilang baru.

“Enggak semua orang sudah melek teknologi. Sebaiknya fenomena ini menjadi cermin bagi para e-commerce bahwa Indonesia ini sangat beragam dan tidak dapat disamakan dengan negara-negara lain,” ujar Oktina dalam bincang daring Netizen +62 "Gaya Belanja Warga WKWK Land" Liputan6.com, ditulis Rabu (26/5/2021).

Simak Video Berikut Ini

Istilah yang Tidak Umum

Ia menambahkan, bukan hal asing bahwa warga Indonesia literasi dan critical thinking-nya sangat rendah. Hal ini diperparah dengan penggunaan istilah yang tidak umum didengar warga Indonesia seperti misalnya COD.

“COD itu apa sih? Belum tentu juga semua orang paham, tergantung tingkat pendidikan, gaya hidup dan segala macam, apalagi orang-orang di daerah.”

“Ini fenomena yang jelas bahwa kita tidak bisa memasukkan begitu saja sebuah teknologi ke Indonesia secara plek-plekkan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan.”

Hal yang perlu diperhatikan tersebut contohnya demografi dan budaya Indonesia yang sangat beragam. Jadi, lanjutnya, kalau mau menerapkan COD maka harus dipelajari terlebih dahulu daerah mana saja yang sudah bisa menerima cara pembayaran tersebut.

“Indonesia kan negara berkembang, tapi masih ada masyarakat yang kurang terdidik. Artinya, (e-commerce) harus siap mengedukasi. Kalau belum siap mengedukasi maka jangan langsung plek-plekkan pakai cara pembayaran seperti itu.”

Psikolog yang akrab disapa Ullie ini juga berpendapat, jika istilah COD diubah menggunakan bahasa Indonesia maka kemungkinan orang paham akan lebih tinggi.

Para pembeli pun seharusnya memperkaya literasi atau mempelajari terlebih dahulu apa itu COD sebelum menggunakan fitur tersebut. Setidaknya membaca terlebih dahulu, kata Ullie.

Infografis Nyepi di Bali tanpa Internet

Infografis Nyepi di Bali tanpa Internet
Infografis Nyepi di Bali tanpa Internet
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya