CISDI Singgung Kegunaan Tes Serologi dalam Upaya Penanganan COVID-19

Tes serologi berguna untuk mengetahui antibodi seseorang pernah kena COVID-19 atau tidak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Jun 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2021, 11:00 WIB
Melihat Tes Serologi COVID-19 untuk Petugas Medis
Petugas medis diperiksa dengan metode Tes serologi COVID-19 di RS Siloam, Jakarta, Selasa (11/8/2020). Tes serologi antibodi SARS-CoV-2 berbasis lab adalah tes untuk mendeteksi antibodi baik Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) terhadap SARS-CoV-2 dalam darah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menerangkan kegunaan tes serologi di masa COVID-19.

Menurut CISDI, tes serologi adalah pengujian menggunakan sampel darah, serum, maupun plasma pasien COVID-19 keseluruhan guna mendeteksi tanda atau riwayat adanya virus Corona atau SARS-CoV-2 dengan mengetahui kandungan antibodi yang dibentuk tubuh.

Metode ini berguna untuk melihat tingkat keluasan penyebaran virus Corona di tingkat populasi. Metode ini lazim digunakan di beberapa negara besar, seperti Inggris dan Spanyol untuk mendukung upaya vaksinasi nasional.

Di Indonesia sendiri, sudah beberapa survei dilakukan di beberapa daerah. Contohnya yang dilakukan tim peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pada 3 Juni 2021 dan memaparkan hasil survei seroprevalensi terbesar di Indonesia. 

Penelitian tersebut menjelaskan beberapa epidemiolog memercayai tingkat infeksi jauh lebih tinggi ketimbang data yang dilaporkan. Dalam catatan itu disebutkan sebuah studi pada Desember 2020 dan Januari 2021 menyatakan sekitar 15 persen warga negara Indonesia telah terinfeksi COVID-19 ketika data pemerintah di tanggal yang sama menyatakan hanya 0,4 persen populasi yang mengalami infeksi.

Situasi bisa semakin memburuk lantaran pada Juni 2021 saja ditemukan setidaknya 0,7 persen populasi yang telah mengalami infeksi COVID-19.

Simak Video Berikut Ini

Studi CISDI

CISDI sebagai organisasi masyarakat sipil telah melaksanakan studi seroprevalensi secara mandiri di Kecamatan Tanjung Priok, salah satu kecamatan dengan kasus COVID-19 tertinggi di DKI Jakarta.

Sampel darah dan data lainnya berasal dari 42 RW di 7 kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, selama 23 November 2020 hingga 19 Februari 2021.

Laporan ini secara garis besar menyebut prevalensi serologi terhadap antibodi melawan SARS-COV-2 di Kecamatan Tanjung Priok pada periode studi adalah 29,9 persen (95 persen Cl 26,7-33,4) atau 12 kali lebih tinggi dari kasus positif kumulatif yang terlacak dan terlaporkan ketika itu.

Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda, M.Sc, menyebut studi ini merupakan bagian dari intervensi program penguatan upaya tanggap COVID-19 puskesmas, Pencerah Nusantara COVID-19 yang diluncurkan pada Juni 2020.

“Survei seroprevalensi ini memperkirakan proporsi dari orang yang pernah terinfeksi dan tak bergejala mencapai 70 persen. Dengan kata lain, data ini mengindikasikan masih banyak kasus tanpa gejala (asimptomatik) yang belum terdeteksi,” kata Olivia mengutip keterangan pers, Rabu (23/6/2021).

“Melalui survei ini, kami ingin mendorong pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan tes dan pelacakan kasus,” tambahnya.

Percepatan Vaksinasi Kelompok Rentan

Olivia menambahkan, percepatan vaksinasi kepada kelompok yang lebih rentan juga perlu menjadi fokus untuk meminimalisasi dampak COVID-19.

Selain itu, perlu ada pendekatan baru untuk mendorong kepatuhan terhadap protokol kesehatan terutama menyasar kelompok demografi dengan tingkat kepatuhan paling buruk (usia 15-18).

“Akan sangat baik jika pemerintah daerah lain juga melaksanakan survei seroprevalensi untuk mengevaluasi upaya respons COVID-19 yang telah berjalan.”

Sementara itu, Advisor Penelitian Survei Serologi CISDI dan Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr. Iwan Ariawan, MSPH menyatakan survei seroprevalensi yang dilakukan CISDI merupakan inisiatif yang sangat baik, mengingat belum banyak pihak yang menyelenggarakan survei seroprevalensi ini.

“Tantangan terbesar kita adalah masih banyaknya kasus tidak bergejala di saat kasus semakin tinggi. Ketika kasus kita masih sedikit, kita masih punya kesempatan untuk melacak kasus,” kata Iwan dalam keterangan yang sama.

“Tapi, dalam situasi kasus kita yang sangat tinggi seperti sekarang, kita akan kewalahan melacak kasus COVID-19. Kesenjangan data muncul karena jumlah tes yang tidak seimbang antara Jakarta dan daerah lain, tambahnya.

Rasio penelitian ini berlaku di Jakarta sehingga perlu dilakukan survei seroprevalensi di berbagai daerah untuk mengukur beban orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Pada saat dilakukan survei seroprevalensi ini beberapa pertanyaan pemantik juga bisa digali untuk mempelajari perilaku masyarakat agar bisa mengumpulkan bukti-bukti yang mampu mempertajam proses pengambilan kebijakan, tutupnya.

Infografis Jakarta Terancam Genting COVID-19

Infografis Jakarta Terancam Genting Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jakarta Terancam Genting Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya