AstraZeneca Sebut Kekebalan Vaksinnya Meningkat dengan Jeda Pemberian 45 Minggu

Dosis ketiga vaksin AstraZeneca juga disebut menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B.1.1.1.7), Beta (B.1.351) dan Delta (B.1.617.2)

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Jul 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2021, 07:00 WIB
Sentra Vaksinasi Covid-19 bagi PKL dan Pelaku UMKM
Tenaga kesehatan mengambil serum vaksin AstraZeneca sebelum diberikan kepada peserta di Sentra Vaksinasi Covid-19, GOR Kemayoran, Jakarta pada Kamis (3/6/2021). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta AstraZeneca mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan memberikan kekebalan setidaknya selama setahun setelah satu dosis, serta respons imun yang kuat usai dosis kedua dengan interval yang lebih panjang atau dosis ketiga.

Pernyataan itu disampaikan berdasarkan sub-analisis percobaan COV001 dan COV002 yang dipimpin Oxford dengan vaksin AstraZeneca. Diketahui, vaksin memberikan respons imun yang kuat usai interval dosis kedua diperpanjang hingga 45 pekan atau setelah dosis penguat ketiga.

Analisis ini melibatkan sukarelawan berusia 18 hingga 55 tahun yang terdaftar dalam uji coba COV001 dan COV002 dan telah menerima satu dosis atau dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Berdasarkan hasil yang dimuati oleh University of Oxford di server pre-print The Lancet, level antibodi tetap tinggi dibandingkan sebelumnya, selama satu tahun setelah dosis pertama disuntikkan.

Dalam siaran pers pada Health Liputan6.com, ditulis Minggu (4/7/2021), Astrazeneca mengatakan interval yang diperpanjang antara dosis pertama dan kedua vaksin hingga 45 minggu, menghasilkan peningkatan respons antibodi hingga 18 kali lipat, diukur 28 hari usai dosis kedua.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Interval Lebih Lama

FOTO: Melihat Sentra Vaksinasi COVID-19 di Jakarta
Vaksinator menyiapkan vaksin AstraZeneca untuk disuntikkan kepada warga saat peresmian Sentra Vaksinasi COVID-19 di RS St. Carolus, Jakarta, Senin (14/6/2021). Sentra vaksinasi ini akan beroperasi selama tiga bulan hingga tanggal 26 September 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Dengan interval pemberian dosis 45 minggu antara dosis pertama dan kedua, titer antibodi empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan interval 12 minggu," kata pihak AstraZeneca dalam pernyataan resminya.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa interval pemberian dosis yang lebih lama tidak mengurangi efektivitas vaksin, namun justru dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat," tulis mereka.

Selain itu, dosis ketiga vaksin COVID-19 AstraZeneca juga disebut memberikan setidaknya enam bulan setelah dosis kedua, meningkatkan tingkat antibodi enam kali lipat dan mempertahankan respons sel T.


Terhadap Varian Virus Corona

FOTO: Melihat Sentra Vaksinasi COVID-19 di Jakarta
Vaksinator menyuntikkan vaksin AstraZeneca kepada warga saat peresmian Sentra Vaksinasi COVID-19 di RS St. Carolus, Jakarta, Senin (14/6/2021). Sentra vaksinasi ini akan beroperasi selama tiga bulan hingga tanggal 26 September 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dosis ketiga juga menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B.1.1.1.7), Beta (B.1.351) dan Delta (B.1.617.2).

Perusahaan menambahkan, baik dosis kedua yang diperpanjang intervalnya dan dosis ketiga Vaksin COVID-19 AstraZeneca kurang reaktogenik dibandingkan dengan dosis pertama.

"Hal ini merupakan berita baik bagi negara-negara dengan persediaan vaksin yang terbatas, yang mungkin khawatir terhadap keterlambatan pemberian dosis kedua vaksin di negara mereka," kata Prof. Sir Andrew J. Pollard, Chief Investigator & Director Oxford Vaccine Group Oxford.

"Terdapat respons yang sangat baik untuk dosis kedua, bahkan setelah penundaan 10 bulan dari dosis pertama," kata Pollard menambahkan.

"Penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa vaksin kami menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama, untuk meningkatkan keyakinan mengenai perlindungan jangka panjang," kata Sir Mene Pangalos, Executive Vice President BioPharmaceuticals R&D.

"Kami berharap dapat terus bermitra dengan Universitas Oxford dan merekomendasikan badan-badan di seluruh dunia untuk mengevaluasi lebih lanjut dampak dari data-data ini."


Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya