Ahli Virologi Sebut Vaksinasi Kurangi Risiko Gejala Berat hingga Kematian

Dengan vaksinasi COVID-19, capaian herd immunity atau kekebalan kelompok bisa dipercepat selain memperkecil risiko gejala pasien.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2021, 20:50 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2021, 20:46 WIB
FOTO: Stasiun MRT Jakarta Gelar Vaksinasi COVID-19
Warga menjalani vaksinasi COVID-19 gratis di Stasiun MRT, Jakarta, Jumat (23/7/2021). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 22 Juli 2021 pukul 12.00 WIB, 42.868.023 orang telah divaksin dosis pertama dan 16.713.406 orang telah divaksin dosis kedua. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia berpacu dengan waktu dalam program vaksinasi COVID-19. Dengan vaksinasi COVID-19, capaian herd immunity atau kekebalan kelompok bisa dipercepat.

Vaksinasi COVID-19 tidak hanya sebagai upaya percepatan keluar dari pandemi, namun juga bisa mengurangi fatalitas akibat serangan virus Corona. Menurut Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Mahardika, vaksinasi tidak membuat seseorang bebas dari paparan COVID-19.

Seperti diketahui, berdasarkan pemantauan yang dilakukan kepada penduduk DKI Jakarta pada kurun waktu 12 Januari sampai 8 Juli 2021, dari 3,21 juta yang telah menerima dosis pertama ada 15.088 tetap terinfeksi COVID-19 atau 0,47 persen.

Namun dengan vaksinasi bisa menurunkan risiko berat atau bahkan kematian. Selain itu vaksinasi juga mampu mengurangi beban rumah sakit. Gejala infeksi pada pasien dapat diringankan dengan vaksin COVID-19. "Untuk itu amat penting untuk divaksin untuk mengurangi risiko berat," ujarnya.

Pada kurun waktu tersebut di atas, penduduk DKI Jakarta yang tidak bergejala sebanyak 8.051 orang dan yang bergejala 6.658 orang. Adapun pasien yang meninggal dunia sebanyak 50 orang atau 0,0016 persen.

 

 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Persentase Vaksinasi yang Bisa Menurunkan Angka Kematian

Sementara dari yang telah menerima vaksin dosis kedua sebanyak 1,94 juta dosis, yang tetap terinfeksi sebanyak 1.896 atau sekitar 0,1 persen. Dari jumlah tersebut 837 tidak bergejala dan sebanyak 1,055 bergejala.

Selanjutnya, jumlah yang meninggal dunia sebanyak 4 orang atau 0,0002 persen. Menyinggung masih tingginya angka kematian harian, menurut Prof. Mahardika, efek vaksinasi memang baru terlihat terhadap laju penyebaran COVID-19 jika yang divaksin paling tidak 50 persen.

Dia mencontohkan, di negara yang capaian vaksinasi COVID-19 di atas 50 persen, seperti Amerika Serikat dan Inggris, angka kematian rendah walau lonjakan kasus positif kembali tinggi.

Capaian Vaksinasi di Indonesia

Menurut Prof. Mahardika, saat ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah yang menerima vaksinasi dosis pertama sebanyak 43,1 juta. Sementara untuk dosis kedua mencapai 16,8 juta atau telah vaksinasi lengkap. Jadi sudah hampir 60 juta dosis yang sudah disuntikkan.

Namun jika dilihat persentase dari jumlah penduduk Indonesia yang amat banyak, angka tersebut baru 8 persen dari target vaksinasi masyarakat yang sudah lengkap vaksinasi dan 20,7 persen yang sudah divaksin dosis pertama. "Jadi masih jauh dari herd immunity atau kekebalan kelompok," ujar Prof. Mahardika.

Infografis

Infografis Vaksinasi Nasional Berpacu dengan Serbuan Covid-19
Infografis Vaksinasi Nasional Berpacu dengan Serbuan Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya