Kemenkes Tanggapi Soal COVID-19 Berubah Jadi Endemi pada 2022

Kemenkes menanggapi soal 'COVID-19 berubah menjadi endemi pada tahun 2022.'

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Agu 2021, 19:30 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2021, 19:30 WIB
Mural Pencegahan COVID-19 Hiasi Kolong Jalan Tol Dalam Kota
Mahasiswa melukis mural bertemakan sosialisasi pencegahan Covid-19 di kolong jalan tol dalam kota, Kebun Nanas, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Kegiatan sekitar 90 tiang kolong tol sepanjang jalan MT Haryono ini difasilitasi Satgas Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menanggapi kabar terkait 'COVID-19 berubah menjadi endemi pada tahun 2022.' Pernyataan tersebut, sebelumnya disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Bahwa Indonesia kemungkinan akan memasuki 2022, dengan peralihan pandemi COVID-19 menjadi endemi. Hal ini seiring dengan masukan berbagai ilmuwan, yang harus disertai dengan perluasan vaksinasi serta kepatuhan masyarakat dalam melakukan protokol kesehatan.

Lantas apakah pandemi COVID-19 di Indonesia diperkirakan menjadi endemi pada tahun depan? Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, soal kapan menjadi endemi belum bisa dipastikan.

"Belum ada yang bisa memastikan, apakah COVID-19 ini akan dapat terkendali dan turun tingkat epidemiologinya ya," kata Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Rabu (18/8/2021).

Dalam upaya pengendalian COVID-19, Kemenkes terus menggalakkan pemeriksaan (testing) dan pelacakan kontak erat (tracing). Kedua strategi ini merupakan kunci untuk menemukan kasus lebih awal, agar segera diisolasi/karantina sehingga tidak menyebar.

Pada konferensi pers Jumat (13/8/2021), Nadia menegaskan, pelibatan testing dan tracing dilakukan semua pihak, yakni TNI dan Polri agar jumlah kontak erat yang dilacak semakin meningkat. Pemerintah juga terus mengupayakan tracing ditingkatkan dengan memperbaiki sistem aplikasi pencatatan dan pelaporan.

“Diharapkan semua daerah dapat meningkatkan dan mempertahankan testing, terutama untuk kasus-kasus suspek dan kontak erat yang ditemukan,” ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Virus Corona Akan Hidup Sebagai Endemi

Tingkat Kesembuhan Pasien COVID-19 Indonesia di Atas Rata Rata Global
Pengendara motor menunggu lampu merah di dekat mural melawan COVID-19 di Jakarta, Kamis (17/11/2020). Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah sangat optimistis dalam pengendalian pandemi Covid-19. (Liputan6.com/JohanTallo)

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nature terhadap 100 ahli imunologi, virologi, dan peneliti penyakit menular, 89 persen di antaranya sepakat, virus Corona akan tetap hidup bersamaan sebagai sebuah endemi.

"Artinya, virus ini tidak akan berakhir menghilang sepenuhnya," terang Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta.

"Hal baik yang dapat ditangkap, yaitu di masa yang akan datang, kekebalan masyarakat akan meningkat terhadap virus ini seiring akselerasi vaksinasi maupun infeksi alamiah. Sehingga angka perawatan dan kematian juga akan berkurang walaupun virus ada dan terus beredar."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sepakat dengan pendapat beberapa ahli, bahkan dilontarkan sejak tahun 2020. Bahwa COVID-19 19 akan mengubah stigma normal baru, menjadi masa depan baru.

"Ini mengingat virus Corona akan hidup dalam waktu yang tidak dapat ditentukan kemudian," imbuh Wiku.

Infografis Seberapa Bahaya Varian Lambda?

Infografis Seberapa Bahaya Varian Lambda? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Seberapa Bahaya Varian Lambda? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya