Beser dan Ngompol pada Lansia Bisa Turunkan Kualitas Hidup

Masyarakat acap kali menganggap bahwa beser dan ngompol pada kelompok lanjut usia (lansia) dan laki-laki adalah kondisi yang normal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Agu 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2021, 09:00 WIB
Sering Dianggap Normal, Beser dan Ngompol pada Lansia Bisa Turunkan Kualitas Hidup
Sering Dianggap Normal, Beser dan Ngompol pada Lansia Bisa Turunkan Kualitas Hidup. Foto: Pexels/Pixabay.

Liputan6.com, Jakarta  Masyarakat acap kali menganggap bahwa beser dan ngompol pada kelompok lanjut usia (lansia) dan laki-laki adalah kondisi yang normal.

Padahal, kondisi tersebut pada hakikatnya merupakan gangguan kesehatan yang dapat menurunkan kualitas hidup, menimbulkan gangguan seksual hingga depresi.

Hasil penelitian Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) pada 2020 yang melibatkan 585 responden yang terdiri dari 267 pria dan 318 perempuan, menunjukkan bahwa 11,6 persen atau sekitar 68 dari responden mengalami gangguan berkemih.

Artinya, sekitar 1 dari 10 orang memiliki gangguan berkemih. Hal ini cukup berpengaruh, baik dari segi kualitas hidup seseorang, hingga beban pengobatan di masyarakat.

Menurut Ketua PERKINA, Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD, mengompol atau enuresis merupakan kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bisa terjadi ketika seseorang tidur atau terbangun.

Kondisi ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, tapi juga bisa terjadi pada pria dewasa dan usia tua.

“Mengompol ini sendiri erat kaitannya dengan kondisi yang disebut Inkontinensia Urin, yaitu ketidakmampuan berkemih secara sukarela,” kata Harrina dalam seminar daring PERKINA, Kamis (19/8/2021).

Penyebab Gangguan Berkemih

Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Siti Setiati, Sp.PD, KGer, M.Epid, dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM mengatakan, proses penuaan akan berdampak pada pengaturan sistem berkemih.

Normalnya, sistem saraf parasimpatis akan melakukan stimulasi kontraksi otot-otot di kandung kemih (otot detrusor) dengan adanya reseptor muskarinik dan 𝝰-1.

Sementara, sistem saraf simpatis menghambat kontraksi dengan adanya reseptor 𝛽-2. Efek Penuaan akan berdampak terhadap peningkatan aktivitas otot detrusor, penurunan sensasi ingin berkemih, serta penurunan kekuatan otot sfingter di saluran kemih.

Peningkatan aktivitas otot detrusor dapat disebabkan oleh keadaan hiperrefleks seperti riwayat stroke, parkinson, demensia serta instabilitas akibat proses penuaan, obstruksi, batu kandung kemih, atau pembesaran prostat.

Perbedaan Beser dan Ngompol

Dalam paparannya, Siti juga menjelaskan perbedaan beser dan ngompol. Beser atau Overactive Bladder (OAB) merupakan sebuah gangguan fungsi berkemih yang mengakibatkan rasa ingin segera berkemih.

Lebih lanjut, beser dapat menjadi salah satu jenis inkontinensia. Sementara, ngompol atau enuresis atau inkontinensia, adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing atau keluarnya air kencing (urin) tanpa dikehendaki, pungkasnya.

 

 

Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia

Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya