Liputan6.com, Jakarta - Kematian COVID-19 di Indonesia masih tinggi, Satgas Penanganan COVID-19 meminta pemerintah daerah (pemda) wajib mencari tahu penyebabnya. Hal ini dilatarbelakangi masing-masing daerah masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda.
Jumlah kematian COVID-19 nasional pada Agustus 2021 tercatat menjadi 37.330 orang meninggal. Dari 34 provinsi, hanya 8 di antaranya, yang menunjukkan penurunan kematian pada Agustus dibandingkan Juli 2021.
Advertisement
Baca Juga
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, perlu adanya pendekatan khusus yang berfokus pada penurunan angka kematian akibat COVID-19.
"Pemerintah daerah tidak hanya wajib memahami data daerah, namun juga wajib mengaitkan satu data dengan yang lainnya, agar dapat diidentifikasi masalah yang sebenarnya," terang Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 2 September 2021.
"Beberapa contoh data yang harus dikaitkan satu sama lain adalah hubungkan angka kematian yang berpotensi menyebabkan kematian masih tinggi, seperti data Bed Occupancy Rate (BOR) dan ketersediaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan."
Selanjutnya, pemerintah daerah harus menghubungkan data kematian dengan ketersediaan dan pemanfaatan tempat isolasi terpusat, jumlah Satgas, posko, dan pelaksanaan fungsi posko sampai tingkat RT/RW.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Temukan Akar Permasalahan Kematian COVID-19
Pemerintah daerah harus mulai meninjau karakteristik kematian COVID-19 di daerahnya masing-masing, baik berdasarkan usia maupun tingkat gejala.
"Pada prinsipnya, seluruh kepala daerah wajib mencari tahu penyebab kematian utama di daerahnya dan menghubungkan dengan keadaan dan kapasitas daerahnya masing-masing, agar dapat segera menemukan akar permasalahan di daerahnya dan melakukan perbaikan yang diperlukan," jelas Wiku Adisasmito.
Secara umum, Wiku menyebut, kematian COVID-19 yang tinggi bisa disebabkan beberapa hal. Di antaranya, rumah sakit yang penuh, alat-alat yang tidak tersedia di rumah sakit rujukan, dan tidak adanya tempat isolasi terpusat.
"Bisa juga adanya tempat isolasi terpusat, namun tidak dimanfaatkan dengan baik atau penanganan warga yang terkena COVID- 19 tidak dilakukan dengan sesegera mungkin, karena tidak berjalannya fungsi posko atau Satgas di level kelurahan dan desa," ujarnya.
Advertisement