Sudah Terdeteksi di Jepang, Ini 5 Fakta tentang Varian Mu COVID-19

Varian terbaru virus COVID-19 yang bernama Mu kembali muncul. Hingga saat ini, Varian Mu sedang dalam pengamatan WHO.

oleh Diviya Agatha diperbarui 03 Sep 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 15:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pada Rabu (2/9), varian terbaru virus Corona yang bernama Mu dikabarkan muncul. Hingga saat ini, Varian Mu sedang dalam pengamatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Terkait hal ini, pemerintah Indonesia mengungkapkan bahwa akan tetap terus berupaya untuk mengawasi mobilitas yang ada, baik dalam maupun luar negeri.

"Walaupun saat ini kondisi cenderung normal dan beberapa pembukaan sektor juga secara gradual dilakukan, Pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 2 September 2021.

Lalu, apa sebenarnya yang membedakan Varian Mu dengan yang lainnya? Berikut penjelasannya.

1. Pertama kali ditemukan di Kolombia

Varian Mu pertama kali teridentifikasi di Kolombia pada awal tahun yakni Januari 2021. Varian ini masuk dalam Varian of Interest (VoI) WHO dengan kode ilmiah B.1.621.

WHO mengungkapkan bahwa pihaknya akan tetap memantau varian ini mengingat sebelumnya kasus aktif global sempat meningkat pesat karena penularan varian Delta.

2. Lebih infeksius

Prof Wiku juga menjelaskan, varian Mu ini telah ditetapkan menjadi tambahan varian yang masuk dalam kategori VoI sejak 30 Agustus lalu. Artinya, varian ini dinilai bersifat lebih infeksius daripada varian original sebelumnya yang ditemukan di Wuhan, Tiongkok.

"Status VOI itu diberikan pada varian Corona yang sedang diamati untuk mendapatkan kesimpulan, bahwa varian ini bersifat lebih infeksius daripada varian originalnya (Corona asal Wuhan, Tiongkok)," ujar Wiku.

3. Berpotensi kebal dari vaksin

Varian MU menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin COVID-19 yang sudah ada. Hal tersebut membuat WHO memberikan perhatian khusus pada Varian Mu ini. Meskipun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai varian ini.

"Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan potensi lolos dari kekebalan," ujar WHO dalam buletin yang terbit pada Selasa, (31/8/2021) dikutip France24.

4. Terdeteksi pada Beberapa Negara

Sejauh ini, persebaran Varian Mu ini sudah terdeteksi di Amerika Selatan, Eropa, dan Jepang.

Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, Varian Mu terdeteksi pada wanita berusia 40 tahun yang tiba dari Uni Emirat Arab pada 26 Juni 2021. Selanjutnya, ditemukan lagi pada wanita berusia sekitar 50 tahun yang tiba dari Inggris pada 5 Juli 2021.

Dikutip dari situs Japan Times pada Jumat (3/9/3021), kedua wanita tersebut tidak menunjukkan gejala apapun pada saat kedatangan. Semua pelancong yang baru tiba di Jepang wajib menjalani swab test PCR pada saat kedatangan.

5. Berpotensi jadi ancaman

Saat ini, WHO mengidentifikasi varian-varian COVID-19 lainnya yang menjadi perhatian, seperti Alpha (193 negara), Delta (170 negara), dan saat ini Varian Mu masuk dalam list di dalamnya.

Semua virus, termasuk virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi COVID-19 dinilai dapat bermutasi dari waktu ke waktu. Sehingga, Varian Mu juga dinilai bisa menjadi ancaman baru terkait mutasinya yang berpotensi membuat peningkatan kembali pada kasus aktif COVID-19.

Infografis

Infografis Awas Indonesia Memasuki Gelombang II Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Awas Indonesia Memasuki Gelombang II Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya