Memaafkan Terkadang Butuh Waktu dan Proses Berliku

Memaafkan membutuhkan waktu dan proses berliku yang akan berbeda-beda pada setiap orang. Terlebih, memaafkan juga bukanlah sesuatu yang mudah.

oleh Diviya Agatha diperbarui 19 Sep 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi memaafkan
Ilustrasi memaafkan (Foto: Unsplash.com/ Lina Trochez)

Liputan6.com, Jakarta Bagi beberapa orang proses untuk memaafkan bukanlah sesuatu yang mudah. Memaafkan biasanya membutuhkan waktu dan proses berliku yang akan berbeda-beda pada setiap orang.

Bahkan ketika diri mengatakan sudah memaafkan, amarah seringkali masih terpendam. Namun sebenarnya terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat proses memaafkan menjadi lebih berarti, lho.

Pendiri Spirit of Universal Life (SOUL) Bunda Arsaningsih mengungkapkan proses memaafkan dan meminta maaf pada seseorang bisa dimulai dengan mengenal diri sendiri, termasuk segala kekurangan yang dimiliki.

"Dengan proses memaafkan, semua radiasi kemarahan dapat terbersihkan. Dengan kita meminta maaf, kita menarik kemarahan yang sudah terkirim pada orang lain. Sehingga aura kita akan bercahaya lagi, bersih auranya," ujar Arsaningsih dalam live Instagram bersama Liputan6.com pada Kamis, 16 September 2021.

Menurut Arsaningsih, kehidupan kita saat ini tak luput dari kejadian-kejadian di masa lalu, termasuk kehidupan sebelumnya (past life). Layaknya konsep tabur-tuai, ketika suatu hal buruk terjadi, ia percaya bahwa itu terjadi atas buah dari sikap buruk di masa lalu.

"Semua itu akan kembali dengan proses yang tepat, waktu yang tepat, dan penderitaan yang tepat. Jadi dengan proses meminta maaf dan memaafkan, itu sebenarnya menyelesaikan hutang-hutang kita yang telah kita tanam dulu," kata Arsaningsih.

Memaafkan Keluarga

Selanjutnya, memaafkan dan meminta maaf juga dapat dimulai dengan orang-orang di sekitar kita. Mengingat semakin banyak interaksi yang terbangun, semakin banyak juga potensi kesalahan-kesalahan dapat Anda lakukan.

"Tentu kita harus meminta maaf itu pertama ke orang-orang yang terdekat dengan kita. Sebenarnya banyak interaksi yang menimbulkan kemarahan itu adalah interaksi yang paling dekat yaitu keluarga," kata Arsaningsih.

Arsaningsih menjelaskan, rasa ketidakpuasan dalam hidup seringkali muncul dan bermula dari keluarga. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain karena ada kecenderungan untuk melampiaskan amarah-amarah yang ada.

Memaafkan diri sendiri

Terdengar sederhana, tapi memaafkan diri sendiri seringkali luput dilakukan. Padahal hal satu ini tentu tak kalah penting. Disadari atau tidak, kita mungkin kerap menyalahkan diri sendiri atas hal-hal yang terjadi.

"Nanti kalau sudah dalam keluarga terselesaikan, jangan lupa juga memaafkan diri kita. Karena kekurangan kita. Lalu niatkan untuk bertumbuh,"

"Nanti kalau sudah, baru memaafkan orang-orang di lingkungan. Mungkin lingkungan kerja atau yang bersinggungan dengan kita, yang mungkin gak cocok," kata Arsaningsih.

Dengan proses-proses tersebut, kehidupan bahagia dan damai pun akan bisa tercapai. Kita akan berpotensi untuk menjalani hari-hari kedepan dengan lebih enteng.

Infografis

Banner Infografis Deretan Efek Negatif Marah bagi Kesehatan Tubuh
Banner Infografis Deretan Efek Negatif Marah bagi Kesehatan Tubuh. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya