Waspadai Dekompresi pada Penyelam Berusia di Atas 40

Penyelam berusia 40 harus tahu risiko dekompresi dan penanganannya.

oleh Mina Megawati diperbarui 23 Okt 2021, 08:35 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2021, 07:00 WIB
dr. Anita Devi, M.Si.,  Dokter Hiperbarik dan Penyelaman, Hyperbaric and Diving Medicine Center (HDMC)
dr. Anita Devi, M.Si., Dokter Hiperbarik dan Penyelaman, Hyperbaric and Diving Medicine Center (HDMC)

Liputan6.com, Denpasar - Penyakit Dekompresi atau Decompression Illnes adalah penyakit atau kelainan yang disebabkan lepas dan mengembangnya gelembung gas (nitrogen) dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan di sekitarnya. Ini seringkali terjadi pada saat penyelam naik ke permukaan laut dengan cepat.

“Seringkali kepanikan menjadi alasan penyelam jadi terburu-buru naik ke permukaan,” ujar Dokter Hiperbarik dan Penyelaman, Hyperbaric and Diving Medicine Center (HDMC), RS Kasih Ibu Saba, Bali, dr Anita Devi MSi kepada Health Liputan6.com pada Kamis, 14 Oktober 2021.

Gejala Penyakit Dekompresi (biasanya timbul setelah menyelam)

1. Nyeri Sendi

2. Pusing

3. Gangguan Keseimbangan

4. Nyeri Kepala

5. Lemas

6. Gatal-gatal

7. Mual dan Muntah

8. Kesemutan

9. Kelumpuhan

10. Tidak Sadar

11. Kelelahan Berlebihan

12. Telinga Berdengung

13. Gangguan Pendengaran

14. Penglihatan Kabur

Pertolongan Pertama dan Kiat Menghindari Penyakit Dekompresi

Pertolongan Pertama Pada Penderita Penyakit Dekompresi

1. Berikan oksigen

2. Rehidrasi

Dengan memberikan minum untuk pasien yang sadar dan tidak muntah-muntah

3. Rujuk ke pusat Hyperbarik terdekat. sebaiknya dengan ambulans atau boat. Tidak diperkenankan membawa dengan pesawat udara dengan ketingian terbang lebih dari 300 meter.

Kiat Menghindari Penyakit Dekompresi

Pastikan kondisi fit. Jika sedang kurang enak badan, kelelahan, kurang cairan, jangan memaksakan diri untuk menyelam.

“Penting bagi para penyelam untuk memperhatikan kondisi kesehatannya sebelum menyelam, cukup cairan dan mengikuti aturan. Hindari penyelaman dalam yang berulang-ulang dalam sehari,” kata Dokter Devi.

Diving di Usia >40 tahun

Semakin bertambahnya umur, kondisi kesehatan seseorang akan mengalami perubahan. Termasuk di antaranya ada kemungkinan penurunan fungsi jantung, paru-paru, kelebihan berat badan.

Nitrogen mudah larut dalam lemak, sehingga seseorang dengan kelebihan lemak lebih rentan terkena dekompresi.

Penurunan fisik secara alami, masalah kesehatan lainnya seperti pengerasan arteri dan penyakit paru-paru yang dapat menyebabkan risiko tinggi bagi penyelam.

“Tidak seperti generasi sebelumnya, usia 40 hari ini lebih suka merayakan senioritas baru mereka di kapal karam di 100 kaki daripada di pantai,” ujar dokter Erick Supondha, MKK., AIFO-K., Hyperbaric & Diving Medicine Expert pada zoom webinarnya bersama Kasih Ibu Hospital pekan lalu.

Dokter Erick menjabarkan penyakit yang sering terjadi di usia > 40 tahun

1. Penyakit Jantung, Kolesterol tiggi, hipertensi, pengerasan pembuluh darah.

2. Penyakit Paru-paru

“Banyak para senior saat ini adalah mantan perokok,” katanya.

“Jika Anda salah satunya, lakukan tes paru-paru. Cepat, murah,” Erick melanjutkan.

3. Osteoporosis

Seiring bertambahnya usia, tulang secara alami menipis. Ketika mereka menjadi sangat kurus, itu pertanda terjadinya osteoporosis.

4. Diabetes

Menyelam dengan diabetes masih kontroversi.

Beberapa ahli mengatakan ya, yang lain tidak.“Namun jika Anda pernah mengalami reaksi hipoglikemik, saya akan menyarankan untuk tidak menyelam,” ujar Erick.

5. Radang Sendi

Jika persendian kita begitu kaku dan nyeri, sehingga tidak dapat dengan mudah membuka masker atau memasang kembali FIN.

 

Tips Diving Aman

1. Sehat fisik dan mental

2. Tidak menyelam saat kondisi tidak fit

3. Pastikan alat-alat selam berfungsi dengan baik

4. Menghindari diving terlalu dalam

5. Hindari aktivitas berat sebelum dan sesudah diving

6. Pastikan menyelam bersama rekan (dive buddy)

“Bagi mereka yang sudah berusia 40 tahun, harus mempunya physical fitness yang baik. Tidak hanya menggantungkan segalanya dari alat yang dipakai, harus merasa nyaman di air, menggunakan peralatan scuba diving yang laik,” ujar Erick menambahkan.

Terapi Oksigen Hiperbarik /Hyperbaric Oxygen Therapy 

Terapi Oksigen Hiperbarik adalah Pengobatan yang menggabungkan menghirup oksigenn 100 persen dengan memberikan tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut di dalam Hyperbaric Chamber (RUBT).

Ruangan hiperbarik dirancang secara khusus sehingga tekanan dapat ditingkatkan secara aman dan nyaman. Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan terapi utama untuk pengobatan penyakit dekompresi akibat penyelaman.

Ruangan Hiperbarik RS. Kasih Ibu, Saba, Bali
Ruangan Hiperbarik RS. Kasih Ibu, Saba, Bali

Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT)

 

1. Pasien masuk chamber

2. Tekanan udara ditingkatkan perlahan

3. Hirup O2 100% melalui masker

 

Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT)

Dokter Devi menjabarkan beberapa manfaat HBOT bagi penyelam dan non penyelam

1. Pada PenyelamMisalnya penyakit dekompresi, keracunan gas CO dan tes toleransi oksigen bagi penyelam

2. Luka Diabetes Melitus, luka bakar, tuli mendadak, pemulihan pascapandemi COVID-19, pasca stroke, osteomyelitis (infeksi peradangan pada tulang)

3. Kebugaran

Meningkatkan Asupan oksigen di jaringan, pembentukan jaringan kolagen, pembentukan pembuluh darah baru, pembentukan jaringan baru.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya