Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Singapura mengonfirmasi kasus pertama varian virus Corona AY.4.2 pada Kamis, 28 Oktober 2021 malam.
Varian AY.4.2 ini merupakan subvarian dari Delta. Maka sebagian orang menyebutnya dengan Delta Plus. Varian ini merupakan kombinasi antara varian Delta AY.4 dengan mutasi pada spike S:Y145H.
Advertisement
Baca Juga
Kementerian Kesehatan Singapuran mengatakan tidak ada bukti terjadi penularan pada komunitas usai adanya temuan varian virus Corona AY.4.2 ini mengutip Straits Times, Jumat (29/10/2021).
"Efek dari varian ini masih dipelajari. Untuk sementara, AY.4.2 memiliki tingkat penularan dan keparahan penyakit seperti varian Delta," kata Kementerian Kesehatan Singapura.
World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan AY.4.2 ke dalam variant of interest, bukan variant of concern. Sementara itu, varian Delta masuk dalam variant of concern, kategori tertinggi yang diberikan untuk varian sesuai dengan tingkat risiko.
Tidak Lebih Menular dari Varian Delta
Hingga saat ini penelitian mengenai varian virus Corona AY.4.2 terus dilakukan. Hasil sementara, pakar di Inggris menyatakan bahwa varian ini tidak lebih menular atau lebih berbahaya dari varian Delta.
Seperti mengutip BBC, kasus akibat AY.4.2 ada sekitar enam persen di Inggris.
Selain itu, kasus subvarian Delta ini juga sudah terdeteksi di Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Australia dan sebagian negara Eropa Barat.
Mengutip Newsweek, di Australia dan Jepang baru ditemukan satu kasus varian AY.4.2.
Para ilmuwan di Inggris masih yakin bahwa vaksin COVID-19 yang ada masih bisa bekerja dengan baik untuk melindungi orang termasuk bila terinfeksi varian Delta Plus.
Dr Jenny Harries, Kepala Eksekutif UKHSA, mengatakan, "Saran kesehatan masyarakat sama untuk semua varian saat ini. Segera divaksinasi. Bagi mereka yang memenuhi syarat, maju untuk dosis ketiga atau booster bila sudah ada kesempatan."
Advertisement