Liputan6.com, Jakarta - Laporan baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa kasus campak menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Namun, di saat bersamaan upaya eliminasi campak juga ikut menurun sehingga risiko wabahnya meningkat.
Selama 2020, lebih dari 22 juta bayi melewatkan dosis pertama vaksin campak atau tiga juta lebih banyak dari 2019. Ini menandai peningkatan terbesar dalam dua dekade dan menciptakan kondisi berbahaya untuk terjadinya wabah.
Advertisement
Baca Juga
Dibanding tahun sebelumnya, kasus campak yang dilaporkan menurun lebih dari 80 persen pada 2020. Namun, surveilans campak juga memburuk dengan jumlah spesimen yang dikirim untuk pengujian laboratorium terendah dalam lebih dari satu dekade.
Pemantauan, pengujian, dan pelaporan campak yang lemah membahayakan kemampuan negara untuk mencegah wabah penyakit yang sangat menular ini.
“Jumlah besar anak-anak yang tidak divaksinasi, wabah campak, dan deteksi dan diagnosis penyakit yang dialihkan untuk mendukung tanggapan COVID-19 adalah faktor yang meningkatkan kemungkinan kematian terkait campak dan komplikasi serius pada anak-anak,” kata Direktur Imunisasi Global CDC Kevin Cain, MD mengutip keterangan pers WHO, Kamis (11/11/2021).
“Kita harus bertindak sekarang untuk memperkuat sistem pengawasan penyakit dan menutup kesenjangan kekebalan, sebelum aktivitas kembali ke tingkat sebelum pandemi, untuk mencegah wabah campak yang mematikan dan risiko penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin,” dia menambahkan.
Kasus Turun Bukan Berarti Lengah
Kasus campak yang dilaporkan lebih rendah pada 2020 tidak boleh menutupi peningkatan risiko campak pada anak-anak di seluruh dunia, lanjut Kevin.
Kemampuan negara-negara untuk memastikan anak-anak menerima kedua dosis vaksin campak yang direkomendasikan merupakan indikator kunci kemajuan global menuju eliminasi campak. Ini juga dilakukan guna mencegah penyebaran virus.
Cakupan dosis pertama turun pada 2020, dan hanya 70 persen anak yang menerima vaksin campak dosis kedua. Angka ini jauh di bawah cakupan 95 persen yang dibutuhkan untuk melindungi masyarakat dari penyebaran virus campak.
Advertisement
Memburuknya Kesenjangan Kekebalan
Memburuknya kesenjangan kekebalan di seluruh dunia salah satunya diakibatkan 24 kampanye vaksinasi campak di 23 negara tertunda.
Kampanye yang semula direncanakan digelar pada 2020 ditunda karena pandemi COVID-19. Ini membuat lebih dari 93 juta orang berisiko terkena penyakit tersebut. Kampanye tambahan ini diperlukan agar orang-orang tidak melewatkan vaksin campak melalui program imunisasi rutin.
“Sementara kasus campak yang dilaporkan turun pada 2020, bukti menunjukkan bahwa kita mungkin melihat ketenangan sebelum badai karena risiko wabah terus meningkat di seluruh dunia,” kata Dr Kate O'Brien, Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi WHO.
“Sangat penting bagi negara-negara untuk memvaksinasi COVID-19 secepat mungkin, tetapi ini membutuhkan sumber daya baru sehingga tidak mengorbankan program imunisasi penting. Imunisasi rutin harus dilindungi dan diperkuat. Jika tidak, kita berisiko menukar satu penyakit mematikan dengan yang lain,” pungkasnya.
Infografis Vaksin COVID-19 Berdampak pada Kesuburan Pria dan Perempuan?
Advertisement